Selasa, 19 Agustus 2014

Novel Chilla Oh Chilla : Pubertas Dini


Mulanya aku jumpa tidak sengaja dengan teman yang sudah lama tidak bertemu. Aku mengenali temanku yang dulu kawan sepermainan di kampung. Dia tidak mengenaliku, tetapi aku masih
ingat ciri-cirinya. Dia waktu itu sedang berdiri di pinggir jalan menunggu bus, sementara aku sedang jalan di kaki lima.
Aku tegur dia “Hardi ya.”. Dia terkejut sambil mengernyit menatapku. “Iya, siapa ya,” tanyanya. Aku tidak menyebut namaku, tapi menyebut sepatah kata, “gua lempung”. “Hah kamu Ardian ya,” katanya sambil menjabat tanganku erat sekali.
Sahabatku terlihat miskin. Bajunya lusuh dan bau keringatnya agak menyengat. “Mau kemana” tanyaku. “Pulang,” jawabnya singkat. Kami lalu ngobrol sebentar dan akhirnya aku memutuskan ikut ke rumahnya. Awalnya dia keberatan, karena malu rumahnya di dalam gang, kumuh. Namun aku memaksanya, sehingga dia tidak kuasa menolak.

Sebenarnya aku bisa mencegat taxi agar lebih cepat ke tujuan, tetapi aku berusaha menyembunyikan keberadaanku, apalagi aku mengaku sedang mencari kerja. Ini setidaknya menjaga agar Hardi tidak minder terhadapku. Kami naik bus yang penuh sesak, sekitar setengah jam Hardi mengajakku turun dan berjalan masuk ke gang, berliku-liku sampai gangnya kecil sekali sehingga untuk berpapasan saja harus saling memiringkan badan.

Sebuah rumah, yang setengah berupa berupa bangunan tembok bata tidak berplester dan setengah atasnya anyaman bambu (tepas) yang sudah dilapisi kertas semen dan dicat. Lantainya semen biasa. Ada ruang tamu mungkin ukurannya sekitar 2 x 3 m lalu ada ruang di belakangnya yang mungkin itu kamar tidur. Aku trenyuh melihat keadaannya, terlihat sangat miskin. Kami duduk di tikar. Hardi mengenalkan istrinya yang berpenampilan sederhana dan kelihatannya umurnya beda agak jauh dari Hardi. Jika Hardi sebaya aku sekitar 35 tahun, istrinya kelihatannya masih berusia di bawah 25 tahun.

Istrinya biasa saja, tidak cantik, kulitnya sawo matang. Dia menyalamiku dan menyebut namanya Dina. Dari obrolan kami di ruang tamu yang bergaya lesehan, istrinya dikenalnya di wilayah tempat tinggalnya sekarang. Jadi Dina asli kelahiran kampung kumuh ini.

Mereka sudah 3 tahun berumah tangga, tetapi belum mendapat anak. Kami bertiga ngobrol ngalor – ngidul dan aku tetap berusaha menyembunyikan keadaan diriku. Aku berusaha mensejajarkan taraf hidupku dengan dia. Oleh karena itu, HP canggihku, aku sudah stel silent dan kusimpan di dalam tas. Itu semua aku kerjakan ketika mereka sedang sibuk di dalam rumah, mungkin mempersiapkan minuman kopiku.

Aku sudah lama memiliki impian ingin merasakan hidup di tengah-tengah lingkungan kumuh rakyat jelata. Hardi yang secara kebetulan bertemu aku, memberi jalan masuk aku untuk mewujudkan keinginanku.
Tanpa merasa canggung aku mengutarakan keinginanku mencari kamar kontrakan di daerah ini yang paling murah. Istri Hardi menyambut dengan mengatakan, cukup banyak, tinggal pilih saja. Pada saat itu juga aku minta diantar ketempat dimana-mana saja yang tersedia kontrakan itu.

Setelah 4 – 5 tempat kami kunjungi sambil menelusuri gang-gang sempit, aku menemukan satu kamar yang letaknya diatas. Kamarnya hanya berukuran 2,5 x 2,5 m, yang merupakan rumah papan. Kamarnya kosong, tidak ada perabotan apa pun. Kamar mandi ada di bawah, yang merupakan fasilitas bersama untuk orang seisi rumah. Memang ada 2 kamar mandi untuk rumah ini yang mungkin dihuni oleh sekitar 10 orang.
Biaya kontrakannya memang paling murah diantara semua yang diunjukin tadi. Aku tidak membayar langsung, tetapi memberi uang muka saja. Padahal di dompetku ada uang yang cukup untuk membayar lunas sekaligus setahun. Tapi ini aku tahan, agar tetap terlihat miskin.

Sekitar 2 jam aku beranjang sana ke kediaman Hardi, aku lalu pamit. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku tinggal di rumah saudara jauh. Di Jakarta ini aku sedang mencari kerja setelah tempat ku kerja di Jawa Tengah bangkrut. Padahal aku ke Jakarta untuk memeriksa operasional kantor cabangku yang ada 3 di kota ini. Aku membuka usaha di salah satu kota di Jawa Tengah dan di kota itulah aku tinggal bersama istri dan seorang anak.

Dengan aset yang begitu besar seharusnya pakaianku perlente dan pastinya naik-turun mobil pribadi dari produk tahun mutakhir. Namun ketika aku bertemu dengan Hardi, aku sedang nyantai dengan blue jean buluk, kaos oblong hitam dan sendal jepit. Aku menyandang tas yang terbuat dari kain blacu dengan tulisan promosi dari produk tertentu. Aku memang sengaja tampil rada gembel, karena aku memang senang begitu.
Di Jakarta aku tinggal di apartemen sendirian. Kali ini aku akan tinggal di pemukiman kumuh dekat dengan rumah Hardi. Sebetulnya aku tidak punya pakaian yang bisa mendukung tampilan tinggal di daerah kumuh. Untuk menyempurnakan tampilanku, aku berburu pakaian bekas di pasar Senen.

Beberapa hari kemudian saat agak sore, karena seharian aku pontang-panting dengan beban kerjaku. Sekitar jam 5 sore aku sudah sampai di daerah kumuh dan langsung menuju kamar kontrakanku. Aku temui pemilik kontrakan dan kubayar biaya sewa sebulan.
Aku masuk ke kamarku dan mengeluarkan handuk dan peralatan mandi. Untuk tidur aku menggelar matras gulungan yang biasa digunakan untuk anak-anak pecinta alam. Aku mencoba berbaring. Kamarku terasa gerah, karena tidak ada ventilasi. Sambil berbaring aku berpikir, berapa lama aku bisa tinggal dengan cara seperti ini.

Aku mengenakan celana pendek, menyarungkan handuk, pakai kaos oblong yang kedodoran, memasukkan sabun dan sikat gigi serta pasta giginya di gayung. Aku turun untuk kekamar mandi. Ternyata kamar mandi sedang terpakai semua. Si pemilik rumah memberi tahuku, kalau lagi penuh biasa antri. Dia menunjukkan bangku panjang di sisi rumah . Di situ sudah ada 2 orang yang sudah punya persiapan mandi.
Sambil ngantri ke kamar mandi, akhirnya aku berkenalan dan kami ngobrol yang gak keruan juntrungnya. Sambil ngobrol aku menikmati pemandangan di dalam gang sempit, dimana anak-anak berlarian bermain, orang lalu lalang.

Setengah jam kemudian giliranku tiba untuk masuk kamar mandi. Malam pertama aku tinggal di istana kumuh aku coba nikmati semaksimal mungkin. Meski suasananya gerah, aroma yang kurang enak serta berisik, dengan suara TV, motor, orang berbicara, anak-anak bermain, tetapi karena aku nikmati, rasanya ya nikmat-nikmat saja.

Begitulan 3 hari aku berhasil menyesuaikan dengan kehidupan kaum jelata di daerah kumuh dan tidak ada seorangpun yang mencurigaiku, bahwa aku sebenarnya sedang menyamar
Suatu sore aku duduk-duduk di depan rumah Hardi sambil merokok dan ngobrol. Terlihat oleh mataku seorang anak perempuan. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya juga putih. Jika dilihat dari tingginya anak ini masih tergolong kanak-kanak dipantaran usia 7 – 8 tahun. Ia menarik perhatianku karena anak sekecil itu dadanya sudah nyembul.

Sambil menyembunyikan rasa antusiasku aku bertanya mengenai anak itu. Hardi tanpa mencurigaiku malah bercerita mengenai keluarga anak itu. Anak itu bernama Chilla, anak tunggal dari single parent, ibunya keturunan China bekerja menerima cucian.
Langsung muncul gagasan di kepalaku dan mengatakan ke Hardi, aku membutuhkan tukang cuci. Dia lalu berdiri mengajakku berjalan ke kontrakan ibu dari anak itu. Rupanya ibunya mendiami kamar kontrakan yang lebih parah keadaannya dari kamarku dan tidak jauh dari tempat tinggalku.
Dia memperkenalkan diri Rini. Kelihatannya masih di tataran usia remaja, karena wajahnya belum terlihat terlalu emak-emak. Badannya pun belum melar. Wajahnya lumayan jugalah, tapi terlihat kurang terawat. Aku deal memakai jasa cuci dari si Rini.

Aku minta dia mengambil cucian 2 kali seminggu, hari Selasa dan Jumat sore. Jika aku tidak ada dirumah pakaian kotorku kubungkus plastik dan diletakkan di depan pintu kamar. Pakaian yang sudah selesai akan aku ambil sendiri.
Hardi bercerita bahwa suami si Rini sudah tewas di dor Polisi karena terlibat perdagangan narkoba. Rini anak yatim piatu, setelah dia kawin, kedua orang tuanya meninggal dan dia tidak memiliki saudara kandung, karena anak tunggal.

Kasihan sebetulnya kalau melihat kehidupannya. Hardi bercerita bahwa istrinya sering memberi nasi bungkus, atau kue-kue, kalau kebetulan pulang pengajian ada bawa berkat. Tidak perlu lama, Dua kali dia mengambil cucian aku sudah akrab dengan Rini. Dia mau saja aku ajak ngobrol di kamar kontrakanku.
Aku tertarik pada Rini karena dia punya bahan dasar yang cukup bagus. Artinya kalau dirawat dan dipoles akan terlihat cantik. Yang lebih menarik bagi ku adalah anak perempuan satu-satunya. Aku menggemari anak-anak yang menjelang remaja. Tujuanku tinggal di daerah kumuh ini sesungguhnya ya berburu lolita.

Rini kutawari kerja sebagai pembantu. Aku mengaku ada temanku mencari pembantu. Dia langsung tanya gajinya berapa. Aku sebutkan suatu angka yang kutahu jumlah itu pasti sangat mencukupi bagi biaya hidup dia dan anaknya, bahkan mungkin berlebih. “Mau dong,” kapan bisa kerja, dari pada kerja ginian, duitnya gak seberapa,” katanya.

Syaratnya dia harus tinggal di dalam, masalah anak, tidak menjadi hambatan, bahkan anaknya akan dibiayai sekolah, jika si tuan rumah merasa cocok mempekerjakan Rini. “Aduh mau dong, ayo dong buruan,” katanya sambil menggamit lenganku dan menggoyang-goyangkan.
Aku mengemukakan syarat, agar merahasiakan dia akan bekerja apa dan dimana. “ Kenapa emangnya,” tanya dia mengernyit.
“Ya gak tahulah, kalau bisa terima syarat itu, besok akan saya antar dan langsung cabut dari rumah.,” kataku.

Memikirkan iming-iming gaji yang lumayan dan kerjanya tidak berat, serta anaknya sekolah dibiayai, maka segala syarat yang aku ajukan itu bisa dia terima.
Keesokan pagi-pagi sekali sekitar jam 6 aku sudah menunggu di tempat yang dijanjikan. Setengah jam kemudian dia muncul dengan menggendong tas yang tidak terlalu besar dan anaknya menggendong ransel tas sekolah.

Aku mencegat taksi lalu menyebutkan alamat ke supir taxi. Sekitar setengah jam kemudian taxi berhenti di lobby apartemen tempatku tinggal. Aku mengajak Rini dan anaknya turun. Mereka berdua celingukan melihat sekeliling. Mereka tambah heran melihat penghormatan satpam dan dan petugas di lobby menyambutku.

Kami masuk lift dan melaju keatas lantai 53. Sebuah apartemen milikku berukuran 125 m2 dengan 3 kamar dan lengkap full furnish. Aku tunjukkan kamar yang akan ditempati Rini dan anaknya. Jika Chilla ngin kamar sendiri ada juga kamar yang sudah aku siapkan, lengkap dengan meja belajar.

“Lho, oom yang punya mana, kok si oom yang ngatur-ngatur.” tanya Rini terheran-heran. Nanti dia datang tadi sudah saya telepon. “ Aku menunjukkan fasilitas yang ada di rumah ini, seperti menggunakan kran air panas, menggunakan kompor, menggunakan microwave dan berbagai perlengkapan rumah yang modern.
Di setiap kamar ada televisi dan berpendingin AC. Yah pokoknya apartemen mewahlah. Chilla asih agak canggung celingukan melihat-lihat sekeliling rumah. Emaknya juga begitu. “Oom orangnya kaya banget ya, rumahnya aja bagus banget gini.” kata Rini sambil melihat-lihat pemandangan dari jendela di ruang tamu.

Aku memberinya acces card yang digunakan untuk membuka pintu masuk ke unit apartemen dan menggunakan lift sampai ke lantai 53. Berseberangan dengan bangunan apartemen terdapat pusat perbelanjaan yang sangat besar dan lengkap. Ada jembatan yang menghubungkan apartemen dengan pusat perbelanjaan itu.

Rini aku beri 500 ribu dan Chilla 00 ribu untuk jajan dan makan di mall. Aku tidak bisa menemani karena masih ada urusan. Aku mewanti-wanti agar dia tidak lupa dengan akses card itu jika keluar apartemen.
Apartemenku sudah ku lengkapi spy camera yang tersembunyi, sehingga dari mana pun aku bisa mengawasi apartemenku.

Sampai siang kuamati mereka berdua tetap berada di apartemen. Kelihatannya mereka memasak mie instan yang memang tersedia di dalam lemari dapur. Jam 5 sore aku balik ke apartemen. Mereka kelihatan segar, mungkin karena habis mandi dan ruangan sangat sejuk. Mereka rupanya tidak berani meninggalkan apartemen, karena kuatir, jika mereka pergi pemilik apartemen itu datang. Selain itu mereka merasa cukup kenyang makan mi instan. “ Kata mama, sayang-sayang uangnya buat makan di mall yang pastinya mahal, jadi makan mi aja yang gratis, “ kata Chilla.

Aku tidak bisa terlalu lama lagi bermain dan menyimpan rahasia. Kubuka bahwa akulah bos di apartemen ini, dan memang aku yang mempekerjakan Rini. “Gua dah curiga, sejak masuk ke apartemen si oom kayak orang penting banget, satpam pada hormat segala. Gua heran gak abis-abis, orang kaya begini kok malah kontrak kamar di tempat yang jorok, apa sih enaknya, “ kata si Rini.

Aku diam saja, karena rasanya pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Susah hendak diterangkan, karena kalau saya katakan itu adalah rekreasi, maka mereka akan makin bingung. Mereka kuminta bersiap untuk kuajak ke mall. Makan malam di sana.
Rini dan Chilla idak punya pakaian yang kelihatan bagus. Pakaian yang mereka anggap paling bagus, kelihatannya sudah agak lusuh dan modelnya sudah gak zaman. Kasihan juga sih. Aku terpaksa menyesuaikan dengan tampilan mereka agar tidak terlihat seperti majikan gandeng bedinde dan anaknya jalan ke mall. Jadi aku memilih costum yang lusuh dan memberi bukan orang berduit.

Sungguh mati sebetulnya aku rikuh dan malu sekali dengan costum yang kupakai. Sangking kelihatan ndesonya, sampai satpam yang menjaga pintu masuk mall dengan gerbang metal detector menanyaiku. “eh mas, mau kemana,” kata satpam itu yang kayak mencegah aku masuk ke mall. “mau makan di ...(kusebut nama restoran mahal yang ada di dalam mall itu)”
Aneh ya kejadian seperti itu sangat aku nikmati, apalagi melihat wajah heran si satpam yang bingung dengan jawabanku yang fasih menyebut nama restoran itu. Mungkin dia bingung karena melihat tampilanku yang kampungan, tapi kok lancar melafalkan nama restoran dan berbicara penuh dengan percaya diri. Yang membuat dia tambah takjub tujuan restoranku itu, bukan sembarangan karena mewah .

Satpam tak kuasa membendung ku dan rombonganku masuk mall. Mereka hanya memandangi heran. Ketika aku lihat balik, kupanggil salah seorang satpam yang masih bengong. Dia datang dengan wajah tanda tanya. Aku langsung sergah dia dengan pertanyaan, “Toko Mark & Spencer di mana,”.
Dia jelaskan lantai dan arah tokonya sambil wajahnya tetap bingung.

Aku memang serius mau ke toko itu, mau ganti costum rombongan. Menjelang masuk toko, aku dihadang oleh SPG, “mau kemana mas,” tanyanya serius. Mungkin dikira aku nyasar masuk ke toko busana berkelas itu. “Mau beli bajulah, dimana bagian baju perempuan,” sambil tajam menatap matanya.
Mungkin dia tidak menyangka mendapat jawaban seperti itu, maka dia langsung minta aku dan rombongan menuju bagian busana wanita. Aku berbisik ke Rini. “Pilih yang kalian suka, tapi jangan sekali-kali lihat harganya, kataku.

“Lho emang kenapa,” tanya Rini dengan tampang bodohnya.
“Haram,” kataku singkat.
Aku lepas mereka mencari pilihan mereka sendiri. Setengah jam lebih aku berdiri memperhatikan mereka, tampaknya tidak bisa memilih satu baju pun. “Ah ini sih gila oom, harganya gak masuk akal banget,” kata Rini yang didukung anaknya.

“Kan aku bilang jangan liat harganya, kalian sudah melanggar yang haram,” kataku.
Berhubung mereka sedang terguncang imannya, maka aku terpaksa turun tangan. Kupilih 3 pasang untuk Rini dan 3 pasang untuk Chilla  Mereka aku suruh mencoba ukurannya. Seorang pramuniaga, laki mencegah Rini dan Chilla untuk mencoba di kamar pas. Kata si pramuniaga harus dibayar dulu baru boleh di coba.
Rini dan Chilla elapor ke aku. Kaget juga aku ada aturan baru seperti itu, yang belum pernah aku alami dimana pun di pelosok dunia ini. Hal seperti ini yang aku nikmati. “Ok “ kataku lalu menuju ke kasir.

Sepotong kartu kredit platinum aku serahkan ke kasir. Si kasir yang cewek kayaknya ragu melihat kartu kredit platinum yang aku serahkan. Harusnya kan dia gesek ke alat, eh malah diserahkan ke manager store. Sang manager masuk ke ruangan. Lalu tidak lama kemudian aku dipanggil masuk. Rupanya ruangan itu adalah kantor kecil. Dia menyerahkan telepon. Aku dengar, ternyata orotisasi dari pihak penerbit kartu kredit. Tentunya semua pertanyaan aku jawab dengan lancarlah, orang itu kartu kreditku sendiri. Setelah aku serahkan kembali gagang telepon itu dan dia berbicara sebentar dengan pihak penerbit. Tampak malah dia manggut-manggut sendiri. “Gila kali ya bicara di telpon, kok manggut-manggut” batinku.

Setelah gagang telepon diletakkan, sikap sang manager itu berbalik 180 derajat. Dia membungkuk-bungkuk minta maaf berkali-kali. Aku dipersilakan duduk sambil dia menyodorkan sebotol tea yang dingin, aku diberi tempat duduk untuk istirahat menikmati tea dalam botol yang memang menyegarkan. Aku sedot aja, karena memang haus juga sih. Si manager berjalan buru-buru lalu berjalan sambil menghampiri para spg lalu berbisik-bisik.

Setelah ludes air di botol aku sedot, aku santai aja jalan. Para pramuniaga membungkuk-bungkuk menghormatiku. Mereka tidak lagi mempersoalkan aku harus bayar, malah aku diunjuki model mutakhir yang baru datang. Rini dan Chilla ang tadi khawatir melihat aku disuruh masuk ke ruangan, kini tampangnya jadi berubah tambah bingung melihat perubahan sikap para penjaga toko terhadapku.
“Ada apa sih oom, kok mereka jadi takut begitu ama oom” tanya Rini.

“Habis aku marahin, masak belum tentu beli sudah suruh bayar,” kataku berbohong dan rupanya itu dipercaya.
Aku kemudian bisa santai, karena Rini dan Chilla epertinya didampingi semacam konsultan mode yang membantu mereka memilih model yang cocok. Pilihan ku tadi jadi tidak terpilih. Aku santai duduk saja. Rini dan Chilla mondar mandir dari kamar ganti ke tempatku, menunjukkan apakah cocok pakaian yang mereka coba itu. Sang manager store menghampiriku, “ ah bapak isengnya kelewatan, seumur-umur saya belum pernah dapat costumer seperti Bapak, tapi terima kasih pak ini pelajaran buat kami seluruh karyawan toko,” kata sang Manager sambil berdiri dengan sikap penuh hormat.
Costumer lain yang sedang berada di toko itu melirik adegan sang manager menunduk-nunduk penuh hormat kepada orang kampung.

Akhirnya bukan 3 pasang, malah jadi 5 stel. Bukan hanya baju tetapi juga sepatu dan sandal bahkan pakaian dalam pun mereka borong beberapa potong. Rini dan Chilla ang berpenampilan kampungan di kedua tangannya menjinjing bag dengan merk busana terkenal di dunia. Banyak orang melirik dengan tatapan menyelidik.

Aku memilih restoran besar yang ada di dalam mall itu. Dipintu masuk aku kembali dicegat oleh waiternya. “Mas mau cari sapa,” tanyanya. “Gak cari sapa-sapa, mau makan, carikan meja dengan 4 seat,” kataku.
Waiter itu tidak punya alasan menolak aku dan rombongan. Meski air mukanya kelihatan melecehkan dan tidak yakin, tapi dia tetap menunjukkan meja dengan 4 kursi. Aku yang menentukan pilihan, karena aku yakin 100 persen tidak bisa kuserahkan pilihan kepada Rini dan Chilla  Menunya yang aku pesan ya yang kira-kira mereka doyan. Karena pilihanku adalah restoran masakan Thai, jadi ya aku carikan yang cita rasanya seperti masakan Indonesia.

Setelah kenyang dan lelah, kami kembali ke apartemen. Berdua mereka sibuk menjajal apa yang mereka beli tadi. “Gila oom, belanja kita tadi kalau dibelikan Yamaha Mio yang baru bisa nih” kata Rini sambil geleng-geleng.
“Sudah dibilang haram ngeliat harganya, masih juga dilanggar,” kataku tenang.
“Aku jadi rasanya gak enak oom, masak saya dan Chilla dibelanjain sampai segitu mahalnya, aduh gimana ya oom mbalesnya,” kata Rini yang duduk bersimpuh di depanku.
“Emang mau mbales apa,” tanyaku.
“Gak tau oom, itu yang saya bingung,” katanya.
“Ah gampang aja, mbalesnya,” kataku yang sudah mulai bertanduk kepalanya.
“Kamu bisa mijet enggak, kalau bisa ya saya minta dipijet aja lah,” kataku santai.
“Udah sana mandi lagi biar seger, saya juga mau mandi lagi, rasanya badan berkeringat agak lengket.” aku bangkit, langsung masuk kamar dan membuka baju masuk kamar mandi di dalam kamarku.
Segar nian air hangat mengguyur tubuhku. Setelah selesai aku mengenakan sarung tanpa celana dalam dan kaus kaus oblong. Itu memang pakaian kebesaranku kalau masuk peraduan. Tidak lama kemudian pintu kamarku diketok, Wajah Rini muncul, lalu kusuruh masuk. Pintunya dia tutup dan katanya dia siap memijatku sampai aku tidur.

Aku tidur telungkup. Rini mulai beroperasi dengan memijat pundakku badan bagian belakang, kaki. Aku minta dia mengurut dengan menggunakan cream body lotion. Sebab itu aku buka kaus oblong, tetapi sarung tetap melilit. Awalnya pijatan di sekitar badan. Ketika bagian kaki dipijat dan terus mengurut sampai ke paha, Rini terkejut menyenggol buah zakarku. “Eh oom gak pakai celana dalam ya, maaf ya oom tadi kesenggol,” kata Rini berbisik di telingaku.

“Ah disenggol lagi juga gak apa-apa kok, malah enak” kataku.
“Oh ya udah, kirain oom marah,” katanya agak lega.
Rini mulai cari perkara. Dia tidak lagi memijat kaki dan pahaku, malah kantong zakarku diraba-raba. Berhubung batang kemaluanku mengeras dan posisinya menyakitkan, maka aku berbalik jadi telentang. Sarungku jadi terdongkrak oleh penisku yang berdiri. Rini senyum-senyum, dan tanpa sungkan diraihnya batangku dibalik sarung lalu diremas-remasnya.

Aku tanya apa si Chilla udah tidur. Dia lalu keluar kamar sebentar melongok ke kamar dimana Chilla idur. Tidak lama kemudian dia balik ke kamarku lalu sekalian mengunci pintu kamarku. Tanpa minta izin dari ku dia melepas semua pakaiannya sampai telanjang bulat. Lampu kamarku masih terang benderang sehingga aku leluasa melihat tubuhnya.
Tubuh Rini masih singset. Payudaranya tidak besar, sehingga posisinya masih kokoh. Pinggangnya ramping dan bulu jembutnya lumayan juga, meski tidak terlalu lebat. Dari kejauhan terlihat nonoknya agak menggembung. Dia langsung tengkurap diantara kedua pahaku dan membuka sarungku. Awalnya dia mempermainkan penisku dengan mengocoknya, lalu diciuminya dan dijilati kepalanya. Setelah itu, kantong zakarku yang dia jilati dan dikulum-kulumnya. Aku merasakan nikmat luar biasa sehingga aku tidak sadar mengerang nikmat.

Kalau dioral terus bisa-bisa pertahananku jebol. Aku menarik tubuhnya dan menelentangkannya. Aku tindih tubuhnya dan mulai kuciumi wajahnya, keningnya, telinganya aku jilati lalu turun ke leher yang aku jilat. Terus turun lidahku menjelajah kedua payudaranya bergantian kiri dan kanan dan akhirnya mengemut pentilnya, yang warnanya coklat tua.
Tanganku bermain di celah memeknya menggesel-gesel itilnya yang terasa sudah mengeras. Ciumanku bergerak makin ke bawah sampai di pusar, dia mengeluh geli. Aku langsung melahap memeknya dengan jilatan yang menjurus ke itilnya. Dia terkejut dan berusaha menarik kepalaku menjauhi memeknya. “Jangan oom, jijik,” katanya.

Aku abaikan dan terus menyerang itilnya yang makin menonjol dan keras. Rini ternyata adalah tipe cewek yang berisik. Suara erangannya cukup keras. Aku bangkit dan menutup wajahnya dengan bantal agar suaranya diserap bantal.
Walaupun tertutup bantal, tetapi jeritannya masih keras juga ketika dia mencapai puncak kepuasan. Memeknya lalu ku colok dengan dua jari yang agak susah juga masuknya. Pelan-pelan aku kocok lubang vaginanya yang sudah licin dan banjir. Mulanya dia diam saja, tetapi gak lama kemudian dia merintih seperti orang menangis dan hanya beberapa menit dia berteriak keras di balik bantal, karena kembali mencapai puncak kenikmatan sampai ada yang muncrat dari belahan memeknya.

Tanpa menunggu lama aku langsung genjot dengan memasukkan batang penisku yang sudah sangat keras. “ Aduh oom barangnya keras banget, sampai rasanya memekku penuh banget,” katanya.
Aku tidak peduli dan terus menggenjotnya dengan irama yang tidak terlalu cepat. Aku tidak mampu bertahan lama, karena jepitan memeknya legit banget. Menjelang aku mencapai kepuasan aku menggenjot agak cepat dan di respon oleh Rini dengan erangan pula. Aku tidak mampu lagi berpikir waras maka kulepaskan semburan maniku di dalam memeknya dan aku merasa memeknya juga memijat-mijat. Mungkin kami mencapai orgasme bersamaan.

Setelah penisku lepas dengan sendirinya karena mengecil aku berbaring di sampingnya. “Oom mainnya enak banget, sumpah sampai aku lemes,” katanya.
Setelah istirahat beberapa menit kami masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Rini kusuruh balik ke kamar tidur bersama anaknya. Meskipun dia mengatakan ingin tidur bersamaku, dan aku pun sejujurnya juga begitu. Tapi anaknya di sebelah kasihan tidur sendirian. Rini akhirnya mengalah dia keluar dari kamarku dan aku tidur tanpa pakai apa-apa masuk ke dalam selimut. Ngantuk sekali rasanya setelah orgasme di memek yang rasanya legit sekali. Baru sekali ini aku menemui cewek yang memeknya luar biasa legit dan mencekat.
Keesokannya adalah hari minggu, aku sudah bangun dan keluar melihat apakah mereka juga sudah bangun. Rupanya Rini sudah bangun dan sedang memasak air panas untuk minum pagi. Aku minta diseduhkan kopi hitam.

Chilla ingin menyiapkan sarapan pagi, tapi tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, sehingga dia bingung dan bertanya bagaimana membuat sarapannya. Aku malah balik bertanya, “emang kalian pengin sarapan apa”.
Si Chilla enyebut nasi goreng. Aku mengangkat telepon dan minta delivery 3 porsi nasi goreng. Tidak lama setelah kopi ku habis diseruput, bel rumah berbunyi. Hantaran nasi goreng dari restoran di lantai bawah sudah datang. Aku bayar sekalian tipsnya.
“Idih enak banget yak,” kata Chilla  “tinggal telepon makanan langsung datang, mana rasanya enak, dagingnya banyak lagi,” katanya.

Rini duduk disampingku setelah usai sarapan. Kesempatan aku bertanya mengenai anaknya. Aku merasa aneh, Chillayang masih kanak-kanak tetapi dadanya sudah menggembung.
“Saya juga heran, oom kenapa Chillabisa begitu, “ kata Rini.
Rini lalu memanggil Chilla  Anaknya mendekat. Chilla anya mengenakan kaus oblong dan bercelana pendek. Rini membuka kaus anaknya. Di balik kaus itu tidak ada apa-apa lagi sehingga langsung terlihat tetek yang baru numbuh. Namun pertumbuhan tetek Chilla enurutku masih terlalu dini, karena dia belum genap 8 tahun dan masih kelas 2 SD. Aku mendekat dan memperhatikan teteknya lancip dengan pentil kecil diujungnya. Payudara Chillaseperti payudara anak umur 11 – 12 tahun.

Mungkin karena Chilla asih kanak-kanak, sehingga dia tidak merasa jengah dan malu teteknya diperlihatkan kepadaku. Rini kemudian tidak aku sangka-sangka menurunkan celana Chilla ekaligus celana dalamnya. Dia ingin memperlihatkan memek Chilla yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Rini bertanya kepada ku kenapa anaknya yang masih kanak-kanak sudah punya tetek dan jembutnya mulai tumbuh.
Aku meraba jembut halus di memeknya yang kelihatan menggembung. Kedua teteknya juga aku raba seolah-olah memeriksa sesuatu. Padahal aku hanya ingin meraba saja. Aku berpikir sejenak lalu menjelaskan ke Rini bahwa Chillamengalami pubertas dini.

Mengenai apa sebabnya bisa begitu, aku tidak bisa menjelaskan langsung, karena aku bukan dokter. Aku tanyakan ke Rini apakah Chilla sudah mengalami mensturasi. Ternyata belum.
Sambil berbisik ke Rini aku tanya iseng saja, “ apa Chilla sudah punya nafsu sex,”
“wah gak tahu ya, saya kurang perhati in yang itunya, coba deh dicoba, apa dia sudah punya nafsu, “ kata Rini.

Chillayang dalam keadaan bugil disuruh duduk di sofa antara aku dan Rini. Chilla ungkin karena jiwanya masih anak-anak dia sama sekali tidak merasa malu.
“Chil, kamu sudah pernah punya pacar apa belum,” tanyaku.
“Belum lah oom,” katanya polos.

“Apa gak kepengen punya cowok,” kutanya lagi.
“ Ah enggak ah, malu dong oom masih kecil kok punya cowok,” katanya.
Aku lalu meremas perlahan-lahan buah dadanya sambil bertanya, apa yang dirasakan.
“geli aja rasanya, kalau ngremesnya kuat-kuat rasanya sakit.” kata dia.
Tanganku berpindah menjamah belahan memeknya. Belahan itu aku gosok-gosok perlahan lahan, lama-lama agak menguak sehingga agak masuk kedalam. Aku berusaha mencari clitorisnya. Jariku belum merasa dan menemukan itilnya. Aku mengira-ngira letak itilnya lalu perlahan-lahan aku tekan dengan gerakan memutar namun tekanannya pelan sekali.
“Gimana rasanya,” tanyaku.

“Geli sih oom, “ jawabnya polos.
Aku terus memainkan wilayah clitorisnya dan lama-lama terasa ada yang agak mengeras. Aku yakin bagian yang mengeras itu adalah clitoris yang keluar dari sarangnya.
“Sekarang gimana rasanya,” tanyaku penasaran.
“Geli-geli enak ah gimana ya oom” Chilla agak bingung menggambarkan rasa.
Dia mulai memberi reaksi gerakan senada dengan gerakan jariku di clitorisnya. Chilla bersandar dan matanya merem. Dari raut wajahnya terlihat dia sedang kosentrasi merasakan nikmat di memeknya.

Teteknya kelihatan menegang, Ini terlihat dari pentilnya walau masih kecil tetapi kelihatan nonjol dan mengeras. Jariku merabai bagian bawah clitoris di depan lubang vaginanya. Terasa ada cairan lendir di daerah itu.
Lama juga aku memainkan clitorisnya. Mungkin sekitar setengah jam aku terus merangsang clitorisnya. Meski pinggulnya berjingkat-jingkat tetapi tidak terlihat Chilla encapai orgasme. Aku jadi penasaran, apakah bisa mencapai orgasme atau tidak. Aku bilang ke ibunya apakah boleh aku jilat memeknya. Rini mengangguk.

Aku lalu turun bersimpuh diantara kedua kaki Chilla angsung membekap memeknya dengan mulutku. Baunya agak beda dengan memek dewasa. Lidahku menggantikan kerja jariku yang tadi, Terkena sentuhan lidah yang lebih lembut dari sentuhan jari, Chilla menggelinjang-gelinjang dan mulai mengeluarkan suara desisan
Rambutku mulai diremas-remas dan kepalaku ditekan lebih kuat ke arah memeknya. Mungkin dia sudah merasakan nikmat yang dekat dengan orgasme. Benar juga dia mengeluh panjang dan menekan kepalaku kuat-kuat ke memeknya serta kedua pahanya menjepit kepalaku. Mulutku merasa memeknya berdenyut-denyut.

Setelah denyutannya sirna aku lepas mulutku dari memeknya. Aku sapu memeknya terasa basah, campuran antara ludahku dengan cairan memeknya.
“Oom enak banget deh barusan, tapi rasanya aneh rada-rada geli juga sih,” kata Chilla.
Aku jelaskan ke Rini bahwa Chilla ecara sexual sudah seperti anak remaja. Dia sudah mampu mendapatkan orgasme dan sebenarnya sudah punya keinginan sex juga, cuma karena dia masih kanak-kanak jadi dia tidak menyadari.
“Berarti dia sudah bisa dientot, Oom” tanya Rini nyablak ajak.
“Kelihatannya begitu, tetapi vaginanya masih terlalu kecil, tapi mungkin sudah bisa mengembang karena fisiknya sudah puber,” kataku.

“Coba deh oom saya pengin liat,” kata Rini santai tapi mengejutkan.
Aku jawab bahwa sekarang tidak bisa, karena untuk memasukkan penis perlu bantuan jelly pelicin. Nanti malam mungkin bisa dicoba.
Minggu siang kami bertiga jalan-jalan ke mall dan makan siang. Selain itu aku membawa Rini dan Chilla e salon untuk memperbaiki penampilan mereka. Sekitar 2 jam mereka berdua didandani. Aku tinggal mereka ke bengkel untuk tune up.
Aku terperangah melihat 2 orang dari kampung kumuh itu telah menjadi seperti selebrity. Penampilan yang menggugah pandangan para lelaki.
Setelah lelah berkeliling mall dan shooping lagi, kami kembali ke apartemen sekitar jam 5 sore. Malam ini ada acara penting yaitu mencoba penetrasi ke memek si Chilla  Sekitar jam 8 malam segala sesuatu sudah disiapkan dan acara eksekusi dilakukan di kamarku.

Chillasudah telanjang pasrah, aku harus merangsangnya untuk dia sampai orgasme sehingga lubang vaginanya mengembang dan pelumasnya aktif. Melalui stimulasi jari dilanjutkan dengan mengoralnya Chilla endapat 2 kali orgasme. Aku mengolesi kepala penisku dengan K Jelly juga sekitar lubang vaginanya aku olesi agak banyak.

Penetrasi dicoba dengan menempelkan ujung kepala penisku ke lubang memeknya. Perjuangan untuk memasukkan kepala penis cukup sulit karena berkali-kali meleset. Aku beri sedikit tekanan, maka setengah kepala penisku nancep. Chilla erasa memeknya perih sehingga dia nyengir. Penisku tidak terlalu besar panjang hanya 14 cm dan lebar 3 cm. Aku berusaha menekan lagi sambil mengejan. Hasilnya lumayan, karena kepala penisku mulai lebih masuk.Untuk memasukkan seluruh kepala penis, perlu waktu setengah jam. Kepala penisku tidak bisa masuk lagi karena terhalang oleh selaput dara. Jika aku paksa memecahkan penghalang itu, Chilla isa mengalami pendarahan banyak. Oleh karena itu aku cukupkan masuk kepala penis saja dan melakukan gerakan maju mundur. Beberapa kali gerakan maju mundur itu akhirnya lancar. Aku tidak bisa mencapai orgasme dengan hanya mencelup kepala penis itu saja. Ketika kucabut penisku, terlihat memek Chillalubangnya menganga lebar.

Chilla tidak merasakan terlalu sakit, hanya agak perih sedikit. Rini rupanya sudah menyiapkan diri karena dia sudah bugil menyaksikan aku mencoba mengeksekusi anaknya. Ditariknya tubuhku lalu aku tindih tubuhnya dan penisku langsung melesat masuk ke lubangnya. Memek Rini tergolong istimewa, meskipun sudah basah, tetapi cengkeramannya masih sangat nikmat. Tanpa rikuh dan malu Rini dan aku bersetubuh ditonton anaknya Chilla ang duduk dalam keadaan masih telanjang. Kami bermain sekitar 15 menit dan bisa berbarengan mencapai kepuasan.
Seminggu kemudian aku tidak tinggal bersama mereka karena aku harus balik ke rumah ku di Jawa Tengah. Mungkin karena urusan pekerjaan yang banyak menyita pemikiran, aku tidak terlalu mengingat-ingat proyekku di Jakarta yang tertunda.

Setelah aku kembali ke Jakarta, mereka berdua menyambutku seperti tidak bertemu setahun. Hari itu adalah ahri Minggu, sehingga aku libur dan Chilla yang juga sudah mendapat sekolah baru tidak harus ke sekolah.
Rini seperti wanita kehausan yang lama tidak disiram, padahal baru seminggu pisah. Namun dia rupanya penasaran dengan proyek menembus vagina anaknya oleh ku. Siang itu proyek yang tertunda seminggu dikerjakan lagi. Aku tidak melakukan pemanasan, tetapi langsung ingin menancapkan penisku. Setelah kedua pihak dilumuri pelicin, aku mencoba menancapkan kepala penisku ke vagina kecil si Chilla. Kali ini tidak meleset-meleset lagi, Kepala penisku langsung nancep, tapi tetap tidak bisa masuk lebih dalam. Menurut Chilla emeknya tidak terasa terlalu perih. Awal masuk memang agak perih katanya, tetapi ketika aku melakukan gerakan maju mundur, dia tidak lagi merasa sakit.

Aku agak lega mendengar pengakuan Chilla  Aku berusaha mendorong penisku agak bertenaga, tetapi tetap tertahan. Dalam posisi mendesak itu, aku bertahan beberapa saat lalu aku mengejan sehingga penisku menjadi sedikit lebih keras. Berkali-kali aku mengejan, lalu terasa “krek” dan penisku bisa maju sedikit. Chilla erasa sakit sekali, perih sehingga dia tidak dapat menahan tangisnya. Meski bukan tangisan bersuara, tetapi mulutnya mewek dan matanya berlinangan air mata. Jika aku gerakkan sedikit baik maju maupun mundur, dia menjerit sakit. Aku terjebak pada posisi setengah jalan.

Setelah sekitar 10 menit dan rasa sakit nya agak berkurang aku berusaha mengejan. Hasilnya penisku tambah masuk. Tapi si Chilla enegangkan badannya, mungkin itu adalah reflek menahan sakit. Jika dia menegangkan badannya penisku terasa sakit, karena seperti dijepit keras sekali.
Istirahat lagi sebentar lalu mengjan lagi, begitu berkali-kali sampai sekitar 75 persen penisku dilahap memek si Chilla  Aku bukan merasakan nikmat, tetapi sakit, karena penisku seperti dijepit pintu rasanya. Aku berusaha menariknya pelan-pelan. Jika Chilla adannya menegang aku berhenti, setelah dia bisa rileks aku tarik lagi. Begitulah sampai tinggal kepalanya yang masih terbenam lalu aku tarik keluar.

Penisku memang belepotan sedikit darah, dan cairan memek Chilla erwarna merah muda karena tercampur darah perawannya. Aku lumuri lagi sekujur penisku dengan jelly. Lubang memek Chilla elihatan lebih menganga, sehingga aku relatif mudah memasukkan kepala penisku.

Sampai kepala penisku tenggelam, Chilla idak merasa sakit, tetapi selebihnya dia meringis karena katanya perih. Mungkin luka bekas pecahnya perawan itu menyebabkan rasa perih. Namun aku bisa memasukkan penisku lebih dalam tanpa halangan sampai sekitar ¾ panjang penisku. Aku tekan lagi lebih jauh tetapi rasanya mentok, mungkin lubang vaginanya belum terlalu panjang . Aku melakukan gerakan maju mundur, relatif agak lancar, meskipun Chillamasih agak tegang.
Jepitan memek umur 7 tahun luar biasa ketatnya, tapi cukup licin. Aku terus melakukan gerakan, tetapi tidak mampu terlalu lama, karena spermaku muncrat di dalam memek Chilla  Nikmat sekali rasanya, tetapi penisku masih agak sakit kejepit.
Spermaku meleleh keluar dari celah memek Chilla bercampur sedikit darah. Chilla idak mendapat orgasme, karena merasa memeknya sakit. Mungkin dia perlu istirahat sekitar 3 hari untuk menyembuhkan luka di selaput daranya.

Ibunya si Rini terangsang melihat anaknya aku perawani. Dia memaksaku menyetubuhinya, tetapi penisku masih loyo. Rini berusaha membangkitkan dengan mengulum penisku yang masih ada cairan memek anaknya, dan sedikit darah serta spermaku. Tampaknya dia tidak peduli, karena malah dijilatinya. Kepala penisku disedot-sedot sampai rasanya maniku seperti dihisap-hisap dipaksa keluar.

Oralnya cukup nikmat juga sehingga pelan-pelan penisku membengkak sampai mancapai kekerasan 80%. Rini tidak sabar dia menaiki tubuhku yang telentang dan memegang penisku dimasukkan ke dalam memeknya. Dia lalu menggenjot dengan penuh semangat, sementara aku tidak kosentrasi menikmati permainannya. Aku malah berpikir bagaimana keadaan si Chilla  Sebab dia tidur berbaring disebelahku dengan wajah seperti lelah sambil melihat ibunya menyetubuhiku.

Dalam masalah senggama, pria sebaiknya tidak kosentrasi menikmati persetubuhan agar mampu bertahan, sebaliknya wanita harus kosentrasi penuh menikmati senggama, agar lebih cepat mencapai orgasme. Keadaan itulah yang sedang aku alami, makanya si Rini akhirnya menjerit karena mencapai puncak kenikmatannya. Sedangkan aku masih memiliki senjata yang tegak sempurna.
Rini adalah tipe cewek yang mudah mendapat orgasme, mungkin karena itilnya agak menonjol sehingga mudah tergerus pada saat bersenggama. Setelah mencapai puncak kepuasannya Rini merangkul tubuhku dan berusaha membalik posisi sehingga aku menindihnya. Aku mengerti keinginannya. Setelah posisiku tepat aku mulai menggenjot memek Rini . Belum 5 menit dia sudah orgasme lagi. Aku tidak memberinya jeda karena genjotanku terus berjalan, makin lama orgasmenya makin cepat datang, sehingga sampai aku mencapai ejakulasiku dia sudah mengalami 5 kali jeritan nikmat. Setelah itu Rini seperti orang mati tertidur pulas dalam keadaan bugil dan telentang.
Aku juga lelah lalu aku berbaring diantara Chilla dan Rini berselimut satu selimut.. Mudah sekali tertidur setelah bertempur,
Hari itu Chilla engeluh selangkangannya tepatnya memeknya terasa perih sehingga tidak leluasa berjalan dan kalau buang air kecil juga perih. Namun besok pagi dia merasa lebih enak, karena tidak terasa perih lagi, sehingga tidak menggangu jalan dan buang air kecilnya.

Hari keempat aku mencoba lagi menerobos memek Chilla. Aku melakukan pemanasan foreplay sampai Chilla endapat dua kali orgasme. Setelah itu aku tetap dibantu pelumasan jelly agar tidak menyakitkan memeknya. Penisku aku tusukkan perlahan-lahan dan bisa masuk terus meski terasa lubangnya sempit sekali. Sampai mentok ke lubang vaginanya, penisku belum bisa masuk sepenuhnya. Di awal hubungan Chilla asih merasakan agak sakit, tetapi lama-kelamaan tidak sakit lagi.

Aku menggenjotnya terus bahkan sempat berganti-ganti posisi, MOT, WOT dan Doggie. Cukup lama juga aku bermain dengan Chilla  tetapi rasanya dia tidak mendapat orgasme. Kelihatannya anak di bawah umur agak susah orgasme melalui hubungan sex. Sementara aku sebetulnya tidak bisa terlalu lama menahan desakan ejakulasi, karena cengkeraman memeknya.

Di hari-hari berikutnya kami melakukan hubungan sex tanpa rasa sakit dan tanpa halangan. Tidak ada yang disembunyikan lagi antara Aku, Rini dan Chilla  Aku bebas melakukan sex dengan siapa saja di rumah ini. Mungkin karena itu tidak ada rasa malu lagi, sehingga Chilla dan Rini lebih suka bugil saja dirumah.

"bila ada nama,tempat dan kejadian yang sam hanyalah kebetulan belaka, karna cerita ini fiktif belaka"

***






Percobaan anak dibawah umur


Kehidupan keluarga Sony tiba-tiba berubah total setelah dia tertangkap Polisi karena kasus narkoba. Istrinya juga ikut dicokok polisi, karena keterlibatannya mengedar narkoba. Anak mereka tiba-tiba harus hidup
sebatang kara, karena tidak ada keluarga yang mengurusinya. Aku sebagai satu-satunya famili Sony harus mengambil alih mengurus rumah tangganya. Sebelumnya aku kost di dekat kampus, kini terpaksa pindah menempati rumah keluarga kakakku Sony. Tidak banyak yang aku bisa lakukan sebagai mahasiswa yang hidupnya pas-pasan. Untunglah usahaku kecil-kecilan menjual pulsa bisa memberiku penghasilan yang lumayan. Dari situlah aku bisa membiyai hidup di rumah kakaku Sony. Kakaku, Sony adalah duda yang kemudian menikah dengan istrinya yang sekarang ikut masuk penjara. Istrinya, Vegi juga seorang janda . Mereka masing-masing membawa anak dari hasil perkawinannya yang dahulu, Kakakku membawa Ria, sedang Mbak Vegy membawa Audi. Umur mereka sebaya 9 tahu. Audi lebih tua 5 bulan dari Ria. Untunglah keduanya akur, sehingga aku tidak pusing. Audi dan Ria adalah dua anak yang cakep-cakep.
Sesuai dengan jurusan kuliahku, aku hobby nongkrong seharian di komputer, apalagi yang tersambung internet. Untunglah di rumah kakakku ada sambungan internet dan seperangkat komputer. Mereka sebelumnya mengnuakan perangkat ini untuk membantu transaksi narkoba. Untung saja Polisi tidak menemukan barang bukti ini, sehingga tidak ikut disita sebagai barang bukti.
Sebagai pemuda yang berusa 23 tahun, aku juga suka berselancar mencari situs-situs porno. Setelah bosan melihat berbagai situs porno dari orang-orang dewasa, akhirnya hobby ku itu menemukan situs-situs di bawah umur. Aku sangat terangsang dengan gambar-gambar anak dibawah umur yang melakukan berbagai adegan sex. Orientasi sex ku jadi berubah dan penasaran untuk tahu lebih jauh mengenai kegiatan sex anak-anak di bawah umur. Mungkin karena itu otakku jadi agak miring. Aku berpikir Audi dan Ria bisa menjadi proyekku untuk mewujudkan fantasi sex ku. Aku jadi punya keinginan melakukan eksprimen mempengaruhi dua anak asuhku menjadi obyek sex. Mereka tidak ada yang mengawasi kecuali aku, sehingga aku punya keleluasaan untuk mendidik apa pun kepada mereka. Akhirnya aku menyusun skenario untuk menjebak mereka sesuai dengan obsesiku. Aku akan mempengaruhi mereka secara perlahan-lahan, sehingga tidak sampai terjadi penolakan yang nanti membuat kekecewaan. Aku mengajari mereka melalui tontonan di TV melalui DVD. Aku rasa inilah cara yang paling memungkinkan untuk menghanyutkan mereka. Oleh karena itu mereka aku ajak menyaksikan filim-film yang sudah aku susun penahapannya.
Ria dan Audi duduk berjajar menyaksikan film. Mereka duduk malu-malu Sementara aku duduk di sisi lain Ria. Kami menyaksikan film X satu, dengan cerita yang cukup menarik. Ria berkali-kali menutup mata ketika di TV tampil cewek berciuman dengan laki-laki atau kalau kelihatan cewek telanjang.. Maklum lah mereka masih 9 tahun, mungkin belum berani terus terang atau malu menyaksikan adegan-adegan seperti itu.
Sejak saat itu mereka sering nonton film DVD baik bertiga, atau aku berdua dengan Ria saja atau dengan Audi saja. Audi lebih berani menatap adegan-adegan syur dibAuding Ria.
Setelah sekian kali kami terbiasa nonton film seperti itu, akhirnya Ria berani menatap langsung adegan-adegan syur. Dia kelihatannya tidak jengah lagi. Aku membiarkan saja Ria terbiasa menyaksikan adegan seperti itu dan kularang Audi mengejeknya.
Setelah Mereka terbiasa, aku meningkatkan film dengan rating yang lebih tinggi yaitu film-film X dua. Ria masih terlihat agak malu meskipun dia tidak lagi menutup mata, sementara Audi antusias meyaksikan adegan porno. Aku menjelaskan secara gamblang apa yang sedang terjadi pada adegan-adengan itu. Audi banyak bertanya, sementara Ria hanya diam saja. Mungkin dia masih terhalang rasa malu untuk bertanya. Namun setelah terbiasa menyaksikan beberapa film, akhirnya Ria berkomentar, kenapa perempuan di film itu tidak malu, dan kenapa dia mau saja beradegan seperti itu. Aku menjelaskan apa adanya. Entah dia paham dengan penjelasanku, entah tidak. Tapi akhirnya keluar juga pertanyaannya apakah si perempuan merasa sakit atau senang, karena adanya suara rintihan dari perempuan.
Anak-anak itu jadi kecanduan menonton film-film porno meski baru rating X dua. Kesempatan itulah aku meningkatkan tontonan dengan rating yang lebih tinggi yaitu film-film X tiga. Aku memilih film yang mempunyai jalan cerita yang wajar, seperti Tarzan X dan film-film drama.
Pertanyaan Audi makin bertubi-tubi, sementara Ria hanya diam terpaku. Aku duga, Audi terangsang oleh film seperti itu, sementara Ria terkesiap melihat aksi senggama yang menampilkan gambar lebih detil.
Kami kemudian terbiasa menyaksikan film dengan rating X 3 sampai kepada berbagai tema mulai dari party, lesbi sampai interacial.. “Ih geli deh oom nonton nonton yang gituan, “ kata Ria.
Aku katakan kepada mereka, bahwa semua orang bakal melakukan hal semacam itu, karena rasanya nikmat dan dengan jalan itulah manusia melampiaskan rasa kasih sayang dan nafsunya.
Aku tanyakan ke Ria dan Audi apakah mereka pernah berciuman. Aku tau jawabnya, tetapi Ria memilih tidak menjawab, sementara Audi terus terang mengatakan belum. Ketika kutanya apakah kalian ingin belajar berciuman seperti yang di film itu. Keduanya terdiam malu.
“ Gak usah malulah, kalian harus merasakan nikmatnya orang berciuman, kalau kalian tidak belajar nanti sesudah gede malah malu-maluin dicium pacar tapi gak bisa apa-apa,” kata ku berkilah.
“Nah sekarang oom ajari cara berciuman ya,” kataku.
Ria langsung menutup mulut, sementara Audi bengong. Aku memberi mereka permen pengharum mulut. Kukatakan agar kalau berciuman nikmat sebaiknya mulut kita berbau sedap. Keduanya mau menerima permen dan menghisapnya sampai habis. Keduanya menurut saja ketika kuminta berdiri berhadapan. Audi memeluk Ria seperti permintaanku, sementara Ria malu dan menundukkan wajahnya. Audi pertama-tama kuarahkan mencium pipi kiri dan kanan dengan gerakan yang lembut. Dasar mereka masih anak-anak, gerakannya masih kaku. Aku suruh mereka melakukan berulang-ulang sampai gerakannya tidak kaku. Setelah mencium kening dan pipi Ribna berkali-kali dan demikian juga Ria mencium Audi, akhirnya suasana agak cair juga. Ria kuminta memiringkan kepalanya ke kiri dan Audi kekanan. Pertama kuminta keduanya menempelkan bibirnya saja sementara mulutnya tetap terkatup. Perlahan-lahan-lahan keduanya kuminta membuka mulutnya sedikit sampai akhirnya kedua mulut mereka menyatu. Aku arahkan Audi agar lebih agresif dan Ria menghisap mulut Audi. Meski gerakannya kaku dan malu-malu, tetapi insting sex mereka mendorong mereka untuk melakukannya dengan benar. Audi dan Ria kuminta saling menjulurkan lidahnya dan masuk ke dalam mulut lawan.
Karena baru pertama kali, kedua mereka mengeluarkan air liur yang banyak sampai menetes. Ketika mereka mengakhiri adegan itu keduanya tertawa geli. Setelah posisi berdiri aku atur agar mereka berciuman sambil menindih. Ria kuminta berbaring di sofa dan Audi menindihnya lalu kembali melakukan ciuman. Mereka menuruti kemauanku dan mulai melakukannya. Kali ini gerakan mereka sudah makin luwes. Posisi aku balik sehingga Ria yang menindih Audi. Kelihatannya mereka cukup cerdas menerima pelajaran ini.
Hari ini pelajaran bercumbu aku cukupkan sampai disitu. Sebagai penutup aku mengajarkan ke Audi dengan mencontohkannya. Aku merengut Ria dan kududukkan di pangkuanku dengan posisi berhadapan lalu kudaratkan ciuman ke mulutnya. Ria kucium mulutnya dengan berbagai gerakan vaRiasi. Ria terengah-ngah dan nafasnya memburu. Aku tahu dia terangsang oleh ciumanku.
Keesokan harinya pelajaran kutingkatkan dengan berciuman sambil meraba. Berhubung Ria belum tumbuh payudaranya, maka kupikir jika Audi meraba dadanya dia belum akan merasakan apa-apa. Oleh karena itu aku pikir rabaan harus difokuskan langsung ke kemaluan lawan masing-masing. Dengan posisi berdiri mereka kali ini kembali berciuman, Tangan Audi kuarahkan meremas remas bongkahan pantat Ria sebaliknya Ria kuarahkan memeluk Audi lebih erat.
Nafas Ria mulai memburu menandakan birahinya mulai bangkit. Tangan Audi aku tuntun untuk merabai selangkangan Ria. Ria terkejut dan menjauhkan posisi posisi selangkangannya dari tubuh Audi, Tetapi aku larang agar Ria diam saja dan merasakan kenikmatan yang akan timbul. Tangan kiri Audi aku arahkan menangkup ke memek Ria meskipun masih tertutup celana pendek, dan jari tengahnya kuminta menekan-nekan di bagian tengahnya. Ria diam saja diperlakukan begitu. Sementara setelah itu tangan Ria aku tuntun untuk memegang selangkangan Audi. Mulanya tangan Ria agak dikakukan sehingga dia agak berontak ketika aku tuntun menuju kemaluan Audi. Setelah kuperintah agar melemaskan, akhirnya Ria pasrah. Kemaluan Audi yang mengeras terjamah oleh tangan Ria, Tetapi tangan Ria diam saja. Kemudian aku mengarahkan jari-jari Ria agar menggenggam batang penis Audi. Arahanku diikutinya dan keduanya kelihatan mulai tinggi birahinya. Audi kuminta berpindah menciumi belakang telinga Ria lalu turun ke leher. Nafas Ria mulai memburu, sementara tangan Audi makin aktif meremas-remas selangkangan Ria.
Adegan itu kuhentikan dan Audi kuminta membuka kausnya, Ria Juga. Mulanya Ria menolak, tetapi setelah aku paksa, dia akhirnya menyerah. Kedua tangannya ditangkupkankannya ke kedua buah dadanya yang belum tumbuh. Naluri kewanitannya yang menuntun tangannya menutup yang sebenarnya belum perlu ditutup, karena memang belum tumbuh. Aku meminta Ria berbaring di sofa dan Audi kusuruh menciumi dada Ria dan menjilati kedua puttingnya . Ria kegelian ketika Audi mulai menjilati dadanya. Aku minta Ria menahan rasa geli. Dia berusaha mati-matian , tetapi rasa geli itu tidak bisa dia tahan. Karena Ria tidak mampu menahan rasa geli, sekarang gantian Audi yang berbaring dan Ria yang menjilati dada dan kedua putting Audi.
Audi rupanya juga kegelian, tetapi dia masih bisa menahan, ketika dia kuperintahkan menahan rasa geli itu.
Pelajaran berikutnya adalah membuka celana luar mereka. Audi menyisakan celana dalamnya dan Ria juga masih memakai celana dalam warna krem. Aku kembali mengarahkan mereka agar saling meremas kedua kelamin lawan jenisnya sambil berciuman. Setelah itu aku arahkan agar tangan Audi menelusup ke dalam celana dalam Ria dan Ria juga begitu. Keduanya melakukan dengan malu-malu. Ria kuarahkan agar menggenggam batang Audi yang masih kecil tetapi sudah keras menegang, sementara Audi komplain,karena katanya memek Ria ada air kencingnya. Aku katakan itu bukan air kencing tetapi lendir sebagai tanda Ria sudah terangsang. Ria menggelinjang-gelinjang ketika tangan Audi dengan kasar mengorek-ngorek memek Ria. Aku arahkan agar Audi jangan bertindak kasar dan mencari clitoris Ria. Dengan arahanku Audi menemukan clitoris Ria. Mendapat sentuhan jari Audi di clitorisnya, Ria menggelinjang gelinjang, katanya rasanya geli.
Aku lalu memelorotkan kedua celana dalam mereka sehingga keduanya sekarang bugil. Audi terus mengorek memek Ria sementara Ria menggenggam penis Audi tetapi tidak melakukan gerakan.
Keduanya kelihatan sudah naik birahinya. Audi kuminta berbaring di sofa dengan posisi telentang dan Ria kuajari mengoral penis Audi. Penis kecil yang tegang mengeras mengacung ke atas. Audi sudah sunat sejak kecil. Mulanya Ria merasa jijik, tetapi kuingatkan adegan-adegan di film dimana baik laki maupun perempuan merasakan nikmat yang luar biasa karena menghisap kemaluan. Audi kelihatannya agak jengah juga, tetapi ketika Ria meremas-remas penisnya dia merem melek nikmat. Kuajarkan Ria agar memulainya dengan menciumi sekitar kemaluan Audi. Ria dengan gerakan ragu mlai menciumi sekitar kontol Audi. Audi melenguh-lenguh nikmat. Ria mulai menciumi ujung penis Audi dan pelan-pelan ia mulai melahapnya. Audi makin kelojotan dan tak lama kemudia dia melenguh panjang. Kelihatannya Audi mencapai orgasme. Tapi seusia dia 9 tahun belum ada sperma yang keluar. Aku memerintahkan Ria untuk menghentikan oralnya, karena Audi pun menarik penisnya dari mulut Ria. Audi merasa geli yang amat sangat sesaat setelah dia mencapai orgasme.
Audi mengakui rasa nikmat yang luar biasa dioral oleh Ria. Sementara Ria sibuk meludah dan melap mulutnya dengan handuk. Aku suruh dia membersihkan diri ke kamar mAudi sekaligus membersihkan memeknya.
Ria kembali dari kamar mAudi dalam keadaan masih telanjang bulat. Dia kuatur posisinya duduk bersandar di sofa sambil mengangkang dan menekuk kedua kakinya. Audi kuminta bersimpuh dihadapan memek Ria. Ria menutupi lubang kemaluannya dengan tangan. Aku terpaksa menyingkirkannya dan memberi instruksi bagian mana dulu yang harus dijiliati oleh Audi. Dia kuarahkan untuk mencium terlebih dahulu sekeliling belahan memek. Setelah itu ketika rasa geli Ria agak menurun, Audi boleh menjilati seputar belahan memek dengan gerakan melingkar dari sisi kiri ke sisi kanan. Setelah itu belahan memek Ria aku lebarkan dan kutunjukkan bagian clitorisnya di ujung lipatan bagian atas yang agak menonjol. Memek anak seusia Ria ini lipatan bibir dalamnya masih mancung menonjol kedepan. Audi kuminta menjilat clitoris Ria dengan gerakan halus. Jika Ria merasa nyeri Audi kuminta menjilati dulu pinggir sekitar clitoris, dengan tidak menyentuh clitorisnya. Setelah Ria nafasnya makin memburu dan menggeliat-geliat sebagai tanda dia mencapai kenikmatan, baru aku perintahkan Audi memfokuskan jilatannya ke clitoris Ria.
Cukup lama Audi terus menerus menjilati clitoris Ria. Sampai dia berkali-kali bertanya kepadaku apakah sudah selesai. Aku perintahkan dia terus menjilat. Audi mengeluh lidahnya cape. Aku ajarkan agar mulutnya Audi menangkup belahan memek Ria dan lidahnya bermain di ujung clitoris. Posisi mulut Audi yang demikian itu membuat rangsangan pada clitoris Ria makin terasa terfokus, karena jilatan Audi mungkin juga terfokus. Ria akhirnya mengejang dan menjepit kedua kepala Audi sembil menekan kepala Audi kuat-kuat ke arah memeknya. Audi sempat gelagapan tidak bisa bernafas sebentar. Ria mengatupkan matanya dan wajahnya damai dan puas. Dia mengangguk membenarkan rasa nikmat luar biasa yang baru saja dialami.
Kagiatan itu itu rupanya sudah memacu birahi Audi lagi. Batang penisnya kembali sudah berdiri tegak.
Aku melumuri penis Audi dengan jelli dan juga seputar lubang memek Ria.
Audi kuajarkan mengambil posisi untuk memasukkan penisnya ke lubang memek Ria. Aku ingatkan Audi agar mendorongkan pensinya pelan-pelan, dan jangan dipaksakan. Jika Ria mengeluh sakit, Audi harus berhenti.
Audi kelihatannya paham. Ujung penisnya kutuntun menuju permukaan lubang vagina Ria. Aku oles-oleskan kepala penis Audi di depan lubang kemaluan Ria. Setelah tepat di depan lubang Audi kuminta mendorong sedikit. Kepala penis Audi yang masih kecil agak melesak masuk ke dalam lipatan memek Ria. Ria mengeluh sakit. Aku minta Audi menghentikannya. Audi kuminta menarik penisnya pelan-pelan. Aku memandunya dengan memegang kedua pantat Audi. Kudorong pelan pantatnya lalu kutarik lagi sedikit. Gerakan maju mudur berkali-kali itu berhasil menenggelamkan seluruh kepala penis Audi.
Ria meringis menahan rasa sakit akibat penetrasi penis Audi kedalam memeknya. Audi mulai menguasai gerakan dan dia mengaku merasa nikmat kepala penisnya dijepit oleh memek Ria, sementara Ria masih merasakan sakit. Audi kelihatannya mampu bertahan lama. Aku terus memandu memegang pantat Audi setelah kulihat masuknya penis Audi agak lumayan. Audi kuminta istirahat dengan tetap membenamkan kepala penisnya . Dengan gerakan tiba-tiba kudorong pantat Audi kuat-kuat. Ria menjerit kesakitan. Aku berusaha membenamkam penis Audi yang sudah tenggelam sepenuhnya. Dia berhasil menerobos masuk memecahkan selaput dara Ria. Air mata Ria meleleh, dia menangis. Aku menyuruh Audi untuk mencium mulut Ria dengan mesra. Instruksi itu diikuti Audi, dan redalah tangis Ria. Pantat Audi pelan-pelan aku tarik dan aku dorong lagi. Sementara Audi kuminta terus mengecup mulut Ria dengan mesra. Penis Audi mulai laju maju mundur di memek Ria, sampai akhirnya Audi mencapai orgasmenya. Dia menekan dalam-dalam penisnya ke dalam memek Ria sambil melenguh panjang.
Setelah itu pelan-pelan ditariknya penis dari lubang memek Ria. Penis Audi berselaput darah segar merah, tetapi tidak terlalu banyak karena bercampur dengan cairan memek.. Ria yang masih bersandar pasrah di bagian memeknya mengalir sedikit darah segar. Aku mengambil handuk basah dan pelan-pelan kubersihkan lelehan darah perawannya. Ria kuminta tidur berbujur di sofa lalu kuselimuti. Sementara Audi membersihkan dirinya di kamar mAudi. Ria kelihatannya tertidur. Kubiarkan dia istirahat sejenak sambil memulihkan luka di vaginanya.
Sekitar 2 jam Ria tertidur di sofa. Dia terbangun karena merasa kebelet pipis. Dengan jalan tertatih-tatih karena selangkangannya sakit, Ria menuju kamar mAudi. Aku membantunya memberishkan memek Ria. Dia mengeluh memeknya perih kena air kencing. Setelah kusiram bekas pipis di memeknya, kubersihkan dengan handuk. Masih ada cairan darah sedikit sisa luka selaput dara didalamnya. Bagaikan mengurus anak bayi Aku memakaikan kembali pakaian Ria. Kami lalu bersama-sama menyantap mi rebus intan. Ria kuminta menginap saja di kamarku malam ini. Aku khawatir jika dia pulang sekarang, akan dicurigai emaknya karena jalannya agak ngangkang akibat menahan rasa sakit.
Keessokan harinya Rasa sakit di memek Ria sudah jauh berkurang, meskipun kalau pipis katanya masih agak perih. Namun jalannya sudah tidak aneh lagi. Aku melarang Audi yang ketagihan untuk minta ngentot Ria lagi. Mereka kularang melakukan hubungan sex sampai seminggu, sampai luka di mRia benar-benar sembuh.
Setelah memeknya sembuh aku baru membolehkan Audi kembali mencumbu Ria. Audi kelihatannya sudah tidak sabar, dia segera meraih Ria dan langsung mencium dan mencumbunya di sofa. Ria menanggapi ala kadarnya. Audi bersemangat sekali membukai baju Ria sampai akhirnya keduanya telanjang. Audi lalu meminta Ria duduk bersandar dan posisi ngangkang di sofa. Audi langsung beraksi memasukkan penisnya. Namun dia berkali-kali gagal, karena penisnya selalu meleset. Aku lalu memberi jelli ke penis Audi dan juga ke memek Ria. Sebab Ria pun mengeluh sakit jika Audi memaksakan penisnya masuk. Berkat lubrikasi jelli, penis Audi berhasil menerobos masuk ke dalam memek Ria. Audi dengan semangat memompa penisnya ke dalam memek Ria dengan gerakan cepat. Aku memperhatikan kedua bocah 9 tahun itu melakukan adegan ngentot. Sekitar 5 menit Audi mengejang menandakan dia telah mencapai klimaksnya. Audi langsung menarik penisnya meski masih tegang. Dia duduk bersandar disamping Ria sambil nafasnya terengah-engah. Belum sampai 10 menit istirahat penisnya sudah berdiri lagi. Dasar anak-anak, ngacengnya cepat banget. Audi kembali ingin memasukkan penisnya ke lubang memek Ria. Kali ini kuajarkan agar Ria tidur telentang di sofa dan Audi menindihnya. Posisi misionaris itu rupanya menambah keleluasaan Audi melakukan gerakan bersetubuh. Dia terus memompakan penisnya ke dalam memek Ria. Ria berkali-kali minta Audi menyudahinya, tetapi Audi masih merasa tanggung makanya dia tidak menggubris. Posisi mereka kemudian aku balik. Kini gantian Audi yang tidur telentang dan Ria duduk diatas penis Audi. Aku mengajarkan Ria agar tangannya menuntun penis Audi memasuki memeknya. Ria mengikuti perintahku dan tenggelamlah penis Audi seluruhnya ke dalam memek Ria. Ria kuminta melakukan gerakan naik turun. Berkali-kali penis Audi terlepas dari memek Ria sehingga berkali-kali pula Ria menuntun penis itu masuk kembali. Kuajarkan gerakan maju mundur, agar penis Audi tetap berada di dalam. Gerakan ini rupanya memberi rangsangan kepada memek Ria karena clitorisnya tersentuh bagian badan Audi. Dari gerakan cewek yang terangsang terlihat bahwa ritmenya sudah benar. Ria rupanya mencapat kenikmatan sehingga dia terus menerus melakukan gerakan itu sampai akhirnya dia mengejang mencapai orgasmenya. Sementara Audi masih bertahan. Posisinya aku balik lagi sehingga Audikembali pada posisi misionaris. Tidak lama menggenjot Audi pun mencapai orgasmenya. Mereka lalu duduk bersandar kelelahan dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.
Aku yang dari awal sudah ngaceng berat kali ini memutuskan ikut ambil bagian. Ria kukangkangkan dan dengan hanya memelorotkan celanaku dan melumuri penisku dengan jelli aku mencoba menusukkan penisku ke memek Ria. Dia kelhatan agak tegang melihat penisku yang besar dibAudingkan milik Audi. Dengan gerakan hati-hati aku mendorong penisku memasuki memek Ria. Penisku perlahan-lahan ambles sampai tinggal separuh. Ketika akan kuteruskan terasa lubang vaginanya sudah mentok. Aku akhirnya menggenjot dengan hanya separuh penisku berada di dalam memek Ria. Rasanya nikmat menjepit dan sempit, membuat aku pun akhirnya mencapai orgasme dan kulepaskan spermaku di dalam memek Ria.
Sejak saat itu kamarku menjadi hotel bagi Audi dan Ria melampiaskan nafsu sexnya. Aku juga sering menikmati memek Ria meski penisku tidak bisa kumasukkan sepenuhnya.
Pada umur 10 tahun badan Ria mulai berkembang, susunya mulai menggelembung. Ria menolak untuk diremas-remas karena katanya teteknya sakit kalau kesenggol. Aku dan Audi hanya menjilati putting susunya kalau kami melakukan hubungan. Pada usia 11 tahun ketika Ria sudah duduk di kalas 5 susunya sudah mulai berbentuk mancung dan kalau dipegang sudah tidak ngilu lagi. Susunya sangat kenyal jika diremas. Aku tidak tahu apakah perkembangan hormon sexnya tumbuh lebih cepat akibat aktivitas sex, atau memang secara alami Ria sudah berkembang pada usia itu. Penisku sudah bisa tenggelam seluruhnya ketika Ria berusia 10 tahun. Memeknya tetap sempit bagi kontolku, tetapi juga masih bisa mengantar orgasme bagi Audi yang penisnya jauh lebih kecil dari ku.
Sejak saat itu kami bebas melakukan orgy bertiga. Audi maupun Ria kelihatannya juga sangat menikmati kehidupan baru mereka ini. ***





Perawan berantai


“Pak ada telepon, katanya dari Lia teman bapak,” kata operator.
“ Hallo ini kak Agung ya, “ suara di ujung telepon.

“ Ya siapa ini, ya,” tanyaku masih belum mengenali suara itu.
“ Ini Lia,kakaknya Merry, temennya Ade, ingat nggak,” suara agak cemas di ujung sana mencoba membangkitkan memoryku.
Aku baru ingat setelah disebutkan serangkaian nama-nama. Lia adalah salah seorang “mainanku” pada waktu itu. Lia kukenal sekitar 22 tahun lalu, makanya aku agak lupa ketika operator menyebutkan nama Lia. Nama itu kan cukup banyak, aku mengenal nama Lia ada beberapa orang.
“Eh apa kabar, di mana kamu sekarang, apa masih di Kalibata,” tanyaku.
“ Iya masih, kak ketemuan dong,” pintanya.
Aku langsung memutuskan untuk bertemu sore ini selepas jam kerja di Kalibata mall.
Tidak lama setelah aku duduk dan sedang menyeruput kopi muncul wanita setengah baya dan rombongannya.
“ Kak Agung ya,” kata salah seorang dari mereka.
“ Ya, ini Lia kan,” tanyaku sambil menyalaminya.
Satu persatu kemudian anggota rombongan itu menyalamiku. Lia mengingatkan aku pada Merry adiknya. Aku masih ingat raut wajahnya. Merry tersenyum-senyum. Lalu seorang gadis ABG manis adalah anak Merry.
“Sekolah kelas berapa,” tanyaku.
“ Kelas 8 oom,” jawabnya.
“Anak Merry ini sekarang model lho kak, anakku juga, lumayan buat tambah-tambah uang jajan, “ kata Lia yang menunjuk anak laki-lakinya berumur sekitar 10 tahun.
“ Ih kak Agung masih gini-gini aja, kayaknya nggak tua-tua, apa sih resepnya, daun muda ya,” kata Lia nyrocos.
Aku lalu menanyakan teman-temannya dulu yang pernah “kupakai”.
“Ade sekarang di Bali udah janda dia. Lakinya orang bule meninggal, warisannya banyak. Ade katanya mau ke Jakarta, tangal 28 nanti.” jelas Lia.
Berarti sekitar seminggu lagi.
“ Shinta juga sudah jadi janda. Lakinya dulu Jepang, sekarang dia punya usaha mebel. Kakaknya Niken sudah punya anak 4 sekarang dia pakai jilbab. Si Sarah tinggal di Bekasi, nggak jelas sudah janda apa masih punya suami, dia tinggal di rumah ibunya. Sari temennya Ade tinggal di Bintaro, udah kawin tapi belum punya anak sampai sekarang,” Lia menjelaskan posisi terakhir teman-temannya yang kukenal.
“Eh lupa si Shanti entah kemana sekarang gak jelas, dulu padahal dia cantik banget ya kak,” kata Lia.
Kami ngobrol kangen-kangenan.
“ Kak cari in job dong buat Cindy,” sela Merry menunjuk anak ABGnya.
“ Job apa dia kan masih kelas 2 SMP,” tanyaku.
“ Ya model-model iklan apa kek, atau main sinetron,” rengek Merry.
“Wah saya nggak punya relasi bidang seperti itu lagi sekarang, tapi cobalah nanti kalau ada kawan yang punya advertising,” jawabku sekenanya.
Cukup lama kami bercengkerama kangen-kangenan. Aku berjanji melakukan pertemuan lagi saat Ade sudah di Jakarta.
Ade kemudian mengontak no HP ku setelah diberitahu Lia. Dia mengatakan jadi ke Jakarta tanggal 28 nanti. Aku lalu meminta semua teman-temannya dulu berkumpul untuk makan siang pada tanggal 29 nya yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu.
Aku mencari catatan buku harian kenakalanku di laci. Untung ketemu. Di buku itu semua kucatat peristiwa-peristiwa penting, termasuk tanggal-tanggal aku memerawani Lia dan kawan-kawannya. Ingatanku jadi menerawang ke masa lalu.
Aku ingin membuat kejutan pada pertemuan kami nanti. Paling tidak mereka menerima kenang-kenangan dari ku. Pikiran nakalku mulai bangkit. Yang kucari apa simbol penjebolan perawan. Simbol itu nanti akan kubuat sebentuk liontin emas. Terpikirlah bentuk hati, tetapi ditengahnya berlubang mengikuti bentuk garis luarnya dan kayaknya kalau dibalik dengan bagian lebar yang dibawah dan di ujung atasnya ada sedikit tonjolan agak unik juga. Maksudku ini adalah gambar memek dengan clitoris di atasnya. Ok kayaknya cocok. Dibelakangnya ditulis hari dan tanggal mereka menyerahkan keperawanannya ke padaku. Sip deh dan komplit.
Aku segera ke toko emas dan memesan 7 liontin dengan bentuk yang kuinginkan. Mereka menyanggupinya, tetapi tidak bisa selesai dalam seminggu untuk liontin sebanyak itu. Dalam 5 hari baru bisa jadi 2 liontin. Aku berpikir sebentar, ok gak masalah. Aku lalu minta tukang emas menggambar dan ukuran besarnya. Aku menekankan agar dibuat dari emas 22 karat dengan berat 5 gram.
Setelah disepakati harganya, aku minta gambaran liontin yang akan dibuat. Selanjutnya aku mendatangi beberapa toko emas lain untuk membuat liontin seperti keinginanku yang digambar itu. Akhirnya dalam waktu 5 hari aku bisa memperoleh 7 liontin sesuai disain yang kuinginkan.
Sekembali dari toko emas ketika aku duduk di meja kerjaku, aku termenung, rasanya liontin emas itu masih kurang sebagai tebusan kenakalanku di masa lalu. Kayaknya kalau mereka dipersatukan lagi dengan sebuah ikatan, menyenangkan juga kayaknya. Aku lalu terpikir membentuk PT dengan saham dipegang oleh 8 orang termasuk diriku. Tentunya modalnya dari aku semua. PT kami sepakati dengan PT Tujuh Dara Agung.
Uang bagiku sekarang tidak terlalu masalah sejak banyak mendapat keuntungan dari bermain saham dan valas. Gajiku di kantor sebagai direktur mungkin hanya seperseratus perolehanku di bursa. Aku tetap bertahan kerja di kantor ini, karena aku senang dengan kesibukan dan paling tidak ada statuslah.
Pada hari yang dijanjikan aku sudah menyiapkan meja untuk 15 kursi di restoran masakan Thai di bilangan jalan Sudirman Jakarta
Aku memilih tempat di tengah agar enak ngobrol ke kanan dan kekiri. Pertama muncul adalah rombongan Lia. Bersama dia adalah adiknya Merry dan anaknya Cindy dan anak laki-laki Lia yang berumur 10 tahun, Kevin, Ade dan Sari. Kami salaman dan cipika-cipiki. Tidak lama kemudian muncul Shinta dan kakaknya Niken yang mengenakan jilbab. Shinta juga membawa anak gadisnya yang memperkenalkan diri dengan nama Mala. Katanya umurnya 16 tahun, cukup ayu. Niken datang tanpa buntut. Sedang cipika-cipiki muncul lagi Sarah dia juga membawa buntut seorang gadis yang memperkenalkan diri bernama Dinda katanya bulan depan genap 17 tahun.
Meja kami jadi ramai.
Aku diapit Ade dan Sari, didepanku Lia, Merry, Sarah, Shinta dan Niken. Selebihnya adalah anak-anak mereka.
Aku sudah memesan set menu, sehingga kami tidak perlu menunggu lama hidangan langsung di sebar di meja. Banyak cerita yang lucu-lucu di masa lalu mereka ceritakan. Ada sebagian yang masih aku ingat, ada yang sudah lupa juga. Entah apa yang mereka ceritakan mengenai diriku kepada anak-anak mereka, tetapi dalam obrolan di meja panjang ini mereka ngablak aja bercerita tentang masa lalu.
Kelihatannya Shinta, Niken dan Sarah agak kikuk sehingga kesanku dia Jaim (jaga image). Mereka semua sudah asli seperti emak-emak. Hanya Ade dan Sari yang kelihatannya tidak setua yang lainnya. Apa karena keduanya gak punya anak sehingga badannya tidak membengkak dengan timbunan lemak dimana-mana.
Aku lalu menjelaskan kayaknya kumpulan seperti ini harus dilestarikan. Mereka setuju dan mengusulkan buat arisan tapi kumpulnya 3 bulan sekali, Yang lain keberatan, apalagi Ade yang tinggal di Bali. Berbagai ide mereka lontarkan tetapi tidak ada yang dicapai kesepakatan. Aku melontarkan ide. Ketika aku berbicara mereka semua diam dan menyimak. Ide ku membentuk perusahaan dengan saham sama besarnya diantara 8 orang. Perusahaan bergerak di bidang apa, tanya mereka.
Aku melontarkan gagasan perusahaan itu menjalankan usaha waralaba dengan 4 macam waralaba, yaitu minimarket, apotek, lembaga pendidikan tinggi dan bimbingan belajar.
“Wah banyak amat, modalnya dari mana, kami mana punya duit,” protes mereka.
Soal modal kujelaskan kepada mereka tidak perlu dikuatirkan, itu bisa dicari, yang penting semua sepakat dulu. “ Kalau kita sih kayaknya setuju-setuju aja,” kata mereka sambil saling melihat rekannya kiri kanan.
Aku lalu mengutarakan bahwa perusahaan itu bisa menjadi sumber pendapatan para pemegang sahamnya dan mungkin juga bisa menjadi tempat magang atau malah menjadi lapangan kerja bagi anak-anak.
Akhirnya mereka setuju dan meminta aku yang membereskan semua mulai dari perizinan, modal sampai menemukan usaha-usaha waralaba yang tadi aku sebutkan. Aku lalu meminta persetujuan mereka untuk satu hari menghadap notaris untuk menandatangani akte pendirian usaha.
Di akhir pertemuan aku menyerahkan kenang-kenangan liontin. Mereka penasaran lalu membukai kotak perhiasan. “Bentukya aneh nih,” kata Shinta
“ Kak Agung nakal nih, sifat isengnya gak ilang-ilang, “ kata Lia sambil berbisik ke kiri kanannya. Dia menceritakan bahwa bentuk liontin itu adalah gambaran dari memek dan itilnya. Akhirnya semua tertawa dan senang.
.Pada hari yang dijanjikan mereka berkumpul di kantor notaris yang aku tunjuk di daerah Menteng. Kami masing-masing memegang saham 12,5%. Tentunya untuk itu semua aku yang membiayai termasuk saham mereka aku yang mengisinya.
PT telah terbentuk dan sebagian dari mereka ada yang bekerja di kantor PT itu. Aku berpikir bahwa usaha ini itung-itung sebagai ganti rugi seperti negara memberi dana pampasan perang kepada negara yang dulu dijajahnya, atau katakanlah ganti rugi semacam Iugun Iyanfu dari Jepang kepada wanita yang mereka renggut kehormatannya dimasa perang.
Aku ingin bercerita ke belakang bagaimana awalnya aku mengenal mereka satu persatu.
Aku pertama kenal dengan Ade dan Sari. Pada waktu itu aku dikenalkan oleh temanku. Temanku mengajak aku untuk “bermain “ di motel dengan kedua mereka. Pesan temanku bahwa kedua anak ini masih perawan, jadi hanya boleh ditelanjangi dan dicumbu saja, tetapi tidak disetubuhi.
Pada waktu itu aku setuju-setuju saja. Aku dan temanku Adi bersama Ade dan Sari meluncur ke satu motel di daerah Pluit. Aku berpasangan dengan Sari dan Adi dengan Ade.
Sari masih malu-malu karena umurnya pada waktu itu masih 15 tahun. Badannya masih kecil dan tingginya kutaksir sekitar 150 cm. Sari mempunyai kelebihan teteknya sangat besar. Meski umurnya masih remaja atau ABG, tetapi teteknya sudah besar menggelembung seperti ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya. BHnya kuingat no 34 C.
Mulanya Sari kugandeng ke tempat tidur. Dia masih malu dan menundukkan kepalanya. Aku merangkulnya dan menciumi rambutnya, pipinya, keningnya lalu mulutnya. Sari kelihatannya pasrah kucumbui. Nyaris tanpa perlawanan. Tanganku menjelajah meremas-remas kedua teteknya dari luar. Resleting bajunya dibelakang pelan-pelan aku buka dan kuturunkan baju bagian atasnya.
Terlihat BH yang seperti tidak muat menampung tetek Sari. Pengait BHnya aku lepas di bagian belakang dan kupelorotkan sehingga kedua buah dadanya bebas menggantung. Tetek Sari kelihatan sangat besar. Aku remas-remas terasa kenyal. Jariku mencari putingnya, tetapi tidak teraba. Ketika mulutku menelusuri buah dadanya, aku mencari pentilnya. Pentil susu Sari ternyata terbenam. Yang terlihat hanya lingkaran hitam. Aku sedot pentilnya dan ku jilat-jilat, sampai akhirnya pentilnya mencuat. Namun hanya kecil saja dan terasa mengeras. Sari kegelian ketika pentilnya aku jilati.
Sementara itu tanganku menelusur ke bagian bawah aku langsung meraba celana dalamnya. Gundukan memeknya terasa ditelapak tanganku. Aku meremas sebentar lalu berusaha memasukkan tanganku ke balik celana dalamnya. Jari-jariku merasa rambut kemaluannya masih sedikit. Kuraba belahan memeknya dan kumainkan sebentar clitorisnya. Sari berjingkat-jingkat ketika jariku menyentuh clitorisnya.
Aku lalu menurunkan celana dalamnya sekaligus membuka seluruh bajunya sampai dia telanjang bulat. Kuciumi sebentar lalu aku mengambil handuk dan menyerahkan ke Sari agar dia bersihkan diri dulu ke kamar mandi. Diraihnya handuk lalu dililitkan ke badannya.
Sari kembali dari kamar mandi dengan badan dililit handu. Aku mengajaknya berbaring di sebelahku. Sementara Sari ke kamar mandi aku sudah membuka seluruh bajuku sampai telanjang bulat.
Kubuka lilitan handuk itu lalu kusingkirkan. Aku kembali mencumbu Sari mulai menciumi teteknya lalu perlahan-lahan turun ke memeknya. Sari sempat menahanku agar memeknya tidak aku cium. Tetapi dengan mudah tangannya kusingkirkan dan lidahku langsung menyerbu clitorisnya. Sari kegelian dan berkali-kali meminta aku menghentikan aksiku. Permintaannya tidak aku perdulikan, sampai akhirnya Sari menikmati oral ku. Aku terus menyerang itil Sari. Dia terus bergelinjang-gelinjang sambil sekali-kali teriak “Ooooh…… ooooohh”
Cukup lama juga membuat Sari mencapai orgasmenya. Leherku sampai terasa pegal.
Kepalaku dijepit kedua kakinya dan memeknya bergerak-gerak serta cairan meleleh keluar dari belahan memeknya.
Kukangkangkan kedua kakinya dan kepala penisku ku usap usapkan ke belahan memeknya. “ Kak jangan dimasuki aku masih perawan,” katanya.
Aku katakan bahwa aku tidak memasukkan cuma mengoles-oles saja. Sambil duduk besimpuh kupegangin penisku dan ku oles-oleskan kepalanya ke belahan memek Sari. Sambil memperhatikan bentuk memeknya, dengan membuka belahan memeknya lebih lebar, penisku kucoba kudorongkan masuk sedikit. Kepala penisku bisa masuk sedikit. Sari mengeluh sakit. Aku hanya memutar-mutar kepala penisku yang sedikit terbenam di belahan memeknya sampai akhirnya aku merasa gelombang orgasmeku akan tercapai. Menjelang ejakulasi kutarik keluar penisku dan kutumpahkan ke perut Sari.
Puas sudah rasanya meskipun tidak melakukan hubungan. Aku membimbing Sari ke kamar mandi dan kami saling membersihkan diri. Sari keluar dengan lilitan handuk sedang aku masih telanjang bulat dengan penis yang sudah loyo.
Telepon kamar berbunyi, ternyata Adi minta tukar. Aku setuju. Sari kusuruh berpakaian karena temanku adi mau masuk. Sari langsung menyambar semua bajunya dan segera mengenakannya. Sedang aku banya mengenakan celana dalam saja.
Pintu kamarku diketuk. Ketika dibuka muncul Adi dan Adek. Adi masuk menarik Adek dan dia lalu mengajak Sari dengan menggandengnya. Sari mulanya tidak mau, tetapi Adi setengah memaksa dan menggelandangnya keluar kamarku lalu masuk ke kamarnya.
Adek duduk di tempat tidur. Aku tanyai mengenai diapakan saja tadi oleh Adi, Adek malu-malu dan menunduk, diciumi. “ Kak Adi orangnya kasar,” kata Adek.
“ Buka deh bajunya,” kataku.
Adek berdiri lalu melepas bajunya satu persatu. BHnya kelihatan masih kecil, mungkin baru no 32. Aku membantu melepaskan kaitan BH lalu memelorotkan celananya. Tetek Adek memang masih kecil, tetapi pentilnya menonjol dengan lingkaran kecil di sekelilingnya. Putingnya masih kecil pula. Jembutnya juga masih sedikit, hanya tumbuh di ujung lipatan atas. Sedangkan di cembungan memeknya kiri dan kanan masih polos.
Aku membimbing Adek ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan membersihkan juga memeknya dengan sabun. Adek kegelian ketika tanganku membersihkan memeknya, sehingga melakukan gerakan menghindar. Aku menyerahkan handuk yang tadi dipakai Sari dan kulilitkan ke tubuhnya. Adek kubaringkan dan handuknya ku buka. Kulitnya lebih putih dari Sari, telentang dengan perut rata dan tetek yang menggumpal kecil. Nonoknya menonjol dan di puncaknya ada sedikit jembut.
Aku mulai menciumi kedua teteknya dan menjilat serta menggigit pelan. Adek kegelian. Tanganku merabai memeknya dan memainkan belahannya. Jari tengahku ku coba memasukkan ke lubang vaginanya. Tanganku ditarik, karena katanya sakit. Aku lalu menekan-nekan clitorisnya sampai akhirnya agak mencuat. Mulutku berpindah operasi dari tetek ke memek. Aku langsung menyerbu clitoris Adek. Dia bergelinjang kaget, ketika itilnya tersentuh. Aku terus menjilati sekitar itilnya sampai dia merasa berkurang gelinya. Setelah kurasa Adek tidak merasa geli lagi aku langsung memusatkan jilatanku ke itilnya. Adek relatif lebih cepat mendapat orgasme dibanding Sari. Setelah dia menyelesaikan orgasmenya, memeknya terasa berlendir. Aku kembali besimpuh dan mengoleskan kepala pensiku ke belahan memeknya. Adek seperti juga Sari minta agar aku tidak memasukkan penisku ke memeknya. Aku berkilah bahwa hanya menempel-nempelkan saja. Meskipun begitu aku tetap penasaran ingin memasukkan sedikit penisku. Kepala penisku berhasil masuk. Lumayan juga. Aku mencoba lagi menekan lebih jauh. Seluruh kepala penisku berhasil masuk. Ketika kutekan lagi Adek mengeluh memeknya perih. Aku menghentikan terobosan penisku. Posisiku berubah dengan menindih Adek. Penisku masih tertancap di memeknya dan aku menggerakkan maju mundur sedikit-sedikit sambil berusaha juga memasukan lebih jauh. Tapi selalu gagal masuk lebih dalam karena Adek menarik pinggulnya. Dia merasa sakit. Aku bosan dengan posisi seperti ini lalu berbaring di samping Adek. Aku minta Ade mengulum penisku. Adek bangkit dan mengambil handuknya lalu membersihkan sisa lendir memeknya di ujung penisku. Dia mengulum penisku dan menyedot-nyedotnya. Rasanya nikmat sekali seperti air maniku dipaksa ditarik keluar. Aku tidak mampu bertahan lama-lma. Kepala Adek kudorong keatas dan aku langsung membekap penisku yang menyemprotkan maninya.
Puas sudah setelah klimaks, meskipun aku tidak menyetubuhinya secara lengkap. Kami lalu ke kamar mandi bersama. Segar dan lega rasanya. Kami kembali berpakaian. Setelah itu aku menelepon Adi, menanyakan apakah “permainan” sudah selesai. Ternyata di seberang sana juga sudah finish. Sebelum berpisah aku memberinya sekedar uang saku, yang menurut ukuran seumuran itu lumayanlah.
Kepada Adek dan Sari aku memberi no pager ku. Pada waktu itu belum ada HP, yang ada baru pager. Tentunya ini tanpa sepengatahuan mereka, maksudnya Adek tidak tahu aku memberi no ke Sari dan Sari tidak tahu aku memberi no ke Adek. Entah kalau kemudian mereka saling membukanya. Ku katakan kepada mereka kalau ingin menghubungiku, bisa melalui pager itu atau ke nomor telepon kantorku.
Aku dan Adi mengantar mereka ke daerah Mampang. Selepas itu aku dan Adi saling bertukar cerita mengenai pengalaman tadi.
Setelah acara bercumbu itu yang kuingat adalah hari Sabtu, hari Selasa kemudian operator menghubungiku dan menyambungkan telepon dari luar. Ternyata di seberang sana Adek. Dia minta ketemuan denganku sore nanti. Aku paham, bahwa dia menginginkan duit dariku. Permintaannya kusanggupi, tapi aku mau jangan hanya ketemu saja tetapi ke Motel. Ade setuju. Dia menunggu di satu klinik . Aku mengajaknya memasuki mobil. Dari situ aku langsung menuju motel di daerah Kemang. Waktu itu masih ada motel di belakang Hotel Kemang.
Kami masuk dan aku tanpa basa basi lagi memintanya membuka baju dan membersihkan diri ke kamar mandi. Adek menuruti kemauanku. Dia mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. Sementara itu aku langsung membuka baju sampai telanjang dan berbaring telentang dengan penisku mengacung ke atas. Adek keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja. Bajunya dia tinggalkan di kamar mandi. Adek duduk di pinggir bed lalu kutarik rebah disampingku. Handuknya kubuka dan kusisihkan ke meja kecil dekat tempat tidur. Aku menciuminya mulai rambut, kening, belakang kuping leher lalu ke mulutnya. Kami cukup lama berpagutan sambil tanganku meremas-remas tetek kecilnya lalu mengorek-ngorek memeknya.
Aku meneruskan menghisap-hisap kedua putingnya. Memek Adek terasa mulai berlendir. Aku berpindah mengoral memeknya sampai dia mencapai orgasme. Setelah itu giliran aku minta di service, maksudnya di oral.
Adek mengoral penisku . Mulanya dia duduk bersimpuh diantara kedua kakiku. Posisi itu membuat aku tidak bisa menggapai apa-apa dari tubuhnya. Aku minta Adek mengubah posisi dengan posi 69. Adek merangkak dengan selangkangan tepat di depan wajahku. Sambil dia terus mengralku, aku membukai memeknya dan melihat-lihat bentuk memeknya. Didalam belahan memeknya terlihat warna merah muda. Lipatan bibir dalamnya masih sedikit dan agak menonjol. Tonjolan itilnya agak samar terlihat. Lubang di bagian bawah memeknya terlihat masih rapat. Aku mencoba menusuk-nusukan jariku tetapi masih susah di terobos. Bosan memeriksa memek tanganku menjangkau kedua tetek kecilnya dan kuremas-remas. Aku merasa akan mendapat orgasme. Aku bangkit dan Adek kutarik dari penisku. Aku ejakulasi di dalam bekapan tanganku. Setelah itu aku membersihkannya di kamar mandi.
Aku kembali ke tempat tidur dan berbaring di samping Adek yang masih telanjang di bawah selimut. Kami ngobrol. Dalam obrolan itu, Adek bercerita dia butuh uang agak banyak untuk membayar uang sekolahnya yang sudah 6 bulan tidak dibayarkan. Uang sekolah dari orang tuanya dipakai untuk jajan dan nonton.
Aku setuju saja mengganti uang yang diminta itu, tapi aku minta diperbolehkan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Adek merangkulku. Dia kemudian setuju dengan menganggukkan kepala ketika kutanya ulang.
Penisku masih loyo kuminta Adek meremas dan mengocoknya. Pelan-pelan di tangan Adek penisku membesar. Kubuka semua selimut dan Adek kubaringkan telentang. Kakiknya dilebarkan dan kulipat ke atas.
Penisku yang sudah tegang sempurna mulai aku arahkan ke lubang memeknya. Dengan posisi duduk bersimpuh aku bisa melihat proses ujung penisku menguak belahan memeknya. Kepala penisku behasil masuk sedikit, tetapi dengan posisi begini aku kurang mempunyai daya mendorong penisku. Aku mengubah posisi dengan merangkak, Penisku kutancapkanlagi ke lubang memeknya. Pelan-pelan aku tekan dan aku tarik sedikit, lalu aku tekan lagi. Begitu berulangulang sampai akhirnyamentok di selaput keperawanannya. Adek mengeluh memeknya perih, dia minta aku pelan-pelan melakukan gerakan, karena memeknya terasa sakit. Aku paham, seorang perawan pada awal penetrasi penis pasti merasa sakit. Aku berusaha menekan agak kuat, sampai kemudian berhasil menjebol selaput perawannya. Adek kesakitan dan air matanya meleleh dari kedua sisi matanya. Sebenarnya aku kasihan, tetapi nafsu yang menguasaiku mengabaikan penderitaan Adek. Kubenamkan pelan-pelan penisku ke dalam memek Adek sampai akhirnya masuk seluruhnya. Vaginanya terasa sangat menjepit, mencengkeram penisku hingga agak susah bergerak. Kutarik pelan-pelan, Adek meringis menahan rasa sakit, aku tekan lagi dia masih merasakan rasa sakit sambil mengernyitkan keningnya. Begitu berkali-kali gerakan aku lakukan sampai akhirnya perjalanan naik turun penisku mulai lancar. Namun kesan menjepit itu masih terasa. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. Makin lama gerakanku makin cepat dan Adek sudah mulai kurang merasa sakit. Namun tampaknya dia masih belum bisa merasakan nikmatnya bersenggama. Aku tidak mampu bertahan lama sehingga kusemprotkan seluruh maniku ke dalam memeknya. Nikmat banget rasanya memperawani anak umur 15 tahun . Memeknya sempit dan badannya masih sekel.
Ketika kutarik penisku keluar dari memeknya, terlihat maniku berwarna merah muda. Di lubang belahan memeknya juga tertinggal sisa maniku berwarna merah muda. Lubang memeknya jadi menganga bekas tusukan penisku. Lubang itu kelihatan belum elastis langsung merapat.
Kami berdua istirahat sebentar sambil berbaring. Aku menanyakan rasa yang dialami Adek. Dia mengatakan perih dan belum terasa enaknya. Penisku yang loyo habis memuntahkan isinya. Dia terkulai layu, tetapi bekas mani kusudah mulai mengering. Aku berusaha tidur sebentar.
Entah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun Adek masih tergolek di sebelahku dalamkeadan masih telanjang. Dia mulai kuciumi lagi dan teteknya kuremas-remas. Birahiku bangkit dan penisku mulai berdiri lagi. Aku lalu mengambil posisi merangkak di atas tubuhnya dan mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Penis kuarahkan memasukui memek Adek. Perjuangan di ronde kedua ini tidak terlalu sulit. Kepala penisku agakmudah masuk ke dalam memeknya. Aku menekannya pelan-pelan sampai akhirnya ambles seluruhnya. Adek masih merasa sakit, tetapi tampaknya tidak sesakit tadi. Dia hanya mengernyitkan dahinya menahan rasa sakit. Aku aktif memompa penisku terus di lubang sempit memeknya. Liang memeknya yang masih terlumari oleh lendir maniku tidak sertamerta terasa licin, tetapi masih saja aku berasakan jepitan memeknya yang baru kuperawani. Sensasi bersetubuh dengan memek sempit anak umur 15 tahun, membuat aku tidak mampu bertahan lama. Sekitar 10 menit dengan main di satu posisi saja, akhirnya aku menyemportkan maniku kembali ke dalam memeknya. Paripurna sudah kepuasanku yaitu memerawani dan melebarkan jalan yang kuperawani.
Setelah istirahat sebentar kami berdua lalu ke kamar mandi dan mandi bersama saling menyabuni dan menyiram tubuh.
Sebelum meninggalkan kamar aku menyelipkan sejumlah uang dan kulebihkan sedikit untuk uang jajannya. Aku tidak perduli apakah benar uang itu untuk bayar sekolah atau untuk yang lain.Aku malah beruntung bisa memperoleh perawan Adek.
Sekitar 10 hari kemudian, Sari meneleponku di kantor. “ Kak aku bagi duit juga dong kayak Adek, masak cuman Adek sih, “ katanya di telepon.
Aku bilang jangan sekarang, ntar nunggu gajian dulu yang tinggal 5 hari lagi. Sekarang aku gak punya duit segitu. Sari akhirnya setuju dan kami janjian ketemu di satu tempat pada hari yang kami sepakati.
Sari juga kuajak ke motel tempat aku memerawani Adek. Aku tidak menanyakan untuk apa Sari minta duit segitu banyak. Pikiranku adalah mendapat keperawanan Sari. Dia ketika ksusuruh buka baju masih agak malu. Aku terpaksa membantunya melepaskan seluruh bajunya. Aku senang memandangi tetek Sari yang eksrta large. Kutoel-toel kedua susunya sehingga menimbulkan gerakan yang menggairahkan. Kedua putingnya masih tenggelam.
Aku mencumbu Sari dengan mencium dan terutama menghisap putting teteknya. Dia kutelentangkan dan kedua susunya kupegang kiri dan kanan lalu penisku kujepitkan diantara kedua susunya. Aku menyetubuhi bongkahan susunya. Enak juga rasanya. Puas bermain dengan susunya aku lalu minta Sari mengoralku. Sambil telentang dia meraih penisku dan mengulum-ngulumnya. Aku mengambil posisi seperti menyetubuhi mulutnya, sehingga melakukan gerakan maju mundur. Nikmat sekali melakukan oral dengan cara seperti ini sampai akhirnya maniku hampir keluar dan kutarik penisku menjauh dari mulut Sari. Mani kutumpahkan ke susu Sari lalu aku lumari seluruh tetek Sari dengan cairan maniku. Aku kemudian meremas-remasnya terasa licin. Jangkauan genggeman tanganku tidak muat di bongkahan teteknya. Luar biasa besarnya tetek Sari.
Kami berdua lalu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah terasa segar kami tiduran sambil beselimut. Kami ngobrol. Baru keketahui bahwa Adek dan Sari berdekatan rumah. Adek tinggal di rumah abangnya dari lain ibu. Kedua orang tua mereka bercerai. Ayahnya sudah kawin lagi tinggal di Bogor, sementara ibunya tinggal di Madiun. Sedang Sari, orang tuanya masih lengkap, tetapi ayahnya tidak bekerja karena terlibat PKI. Ibunya yang banting tulang berdagang.
Sambil bercerita aku meremas-remas tetek Sari. Rasanya tidak ada puas-puasnya meremas tetek kenyal dan besar ini dari remaja yang masih berusia 15 tahun. Puas meremas-remas aku mengorek-ngorek memek Sari. Belahannya ku gesek-gesek dan itilnya kutekan-tekan dengan gerakan memutar. Sari agak terganggu dalam bercerita karena kadang-kadang dia berhenti dan seperti merintih ketika itilnya ku tekan-tekan. Kurabai belahan memeknya mulai terasa berlendir. Sementara itu tangan Sari kuarahkan untuk meremas-remas penisku yang masih loyo. Aktifitas kami membuat birahiku bangkit. Pelan-pelan penisku mulai mengeras. Kusibak selimut yang menutupi kami dan aku langsung merangkak di atas tubuh Sari. Penis kubimbing memasuki gerbang vagina Sari. Berkali-kali kutekan selalu meleset. Sari kemudian membantu mengarahkan penisku memasuki lubang memeknya. Aku hanya tinggal menekan, maka melesatlah kepala penisku tenggelam di memeknya. Sari agak berjangkit sedikit, karena sakit yang dia rasakan. Aku dimintanya pelan-pelan melakukan gerakan. Aku mendorong terus perlahan-lahan penisku sampai akhirnya tertahan penghalang selaput daranya. Kucabut sedikit lalu kudorong lagi. Begitu ku lakukan berulang ulang dan setelah terasa lubang memeknya licin aku dalam gerakan maju mundur melakukan dorongan tiba-tiba yang lebih keras dan menekan masuk penisku lebih dalam. Penisku berhasil mengoyak selaput daranya. Sari merintih dan air matanya keluar menetes ke samping. Aku berhenti sejaenak setelah dia merasa berkurang sakitnya aku mulai melakukan gerakan naik-turun. Mulanya pelan, lama-lama makin cepat. Sensasi jepitan memek Sari nikmat sekali. Tapi jika boleh aku beri penilaian, memek Adek lebih legit dibanding Sari. Meskipun begitu, jepitan memek Sari terasa cukup mencengkeram. Aku terus memompanya. Aku mengubah posisi dengan duduk bersimpuh agar bisa melihat gerakan penisku maju mundur di liang vaginanya. Aku melihat batangku agak kemerah-merahan, karena terkena darah perawan maju mundur di memek Sari yang terkuak lebar. Sensasi jepitan memek perawan dan pemandangan penis menerobos memek membuat rangsangan diriku makin tinggi. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan kulepas begitu saja spermaku di dalam memeknya..
Aku memeluk Sari dan menindih badannya yang kecil, yang tidak seimbang dengan badanku. Setelah kenikmatan ejakulasiku usai, aku menarik penisku yang sudah mulai mengecil. Kelihatan sekali penisku berselemak mani bercampur darah sedikit.
Aku berbaring di samping Sari sambil terengah-engah.
Aku menarik selimut dan langsung tertidur. Mataku terasa mengantuk sekali.
Aku terbangun karena desakan ingin pipis. Bangkit dari tempat tidur aku berjalan sambil dalam keadaan telanjang menuju kamar mandi melampiaskan hajatku lalu membersihkan sisa-sisa mani dan lendir Sari di kemaluanku.
Aku kembali berbaring di samping Sari. Dia kelihatannya tidak bisa tertidur, mungkin dia memikirkan keperawanannya yang baru hilang. Aku memeluknya dan kembali meremas-remas tetek besarnya yang menggemaskan. Kuraba celah memeknya masih berlendir. Lendir itu mungkin sisa maniku dan lendir dari memeknya sendiri. Memeknya aku rangsang sampai makin banyak lendirnya. Sementara itu penisku sudah berdiri lagi. Sari kuminta berada di posisi di atasku. Dia mengatakan tidak bisa. Aku mengatakan akan membimbingnya. Sari berjongkok diatas penisku dan dia memegangi penisku lalu dituntunnya masuk ke lubang memeknya. Sambil membenamkan penisku ke memeknya dia meringis menahan rasa sakit. Penisku agak lebih mudah masuk ke memeknya. Aku kembali merasakan sensasi jepitan memek yang baru kuperawani. Sari mulai kuajari bergerak naik turun. Dia mengikuti petunjukku. Namun kontrolnya kurang bagus sehingga penisku sering lepas dari lubang memeknya. Dia terlalu tinggi mengangkat badannya. Aku terpaksa ikut mengontrol gerakan naik turunnya dengan memegangi kedua pinggangnya. Aku menyaksikan kedua bongkahan payudara yang berguncang-guncang bebas seirama dengan gerakan naik turun tubuh pemiliknya.
Unik juga pemandangan di depanku. Seorang gadis kecil dengan dada yang mengelembung bergerak naik turun di atas tubuhku. Cukup lama dia berada di posisi ini. Dia mengeluh lelah bergerak seperti itu. Aku lalu mengajarkannya agar tidak usah bergerak naik turun lagi tetapi maju mundur, sambil mengusahakan bagian memeknya yang sensitif menggerus jembutku. Sari menuruti arahanku dia mencoba-coba posisi dimana itilnya bisa bersentuhan dengan bagian jembutku. Badannya agak melengkung ke depan dan dia menemukan posisi nikmatnya. Sambil bergerak dia mulai merintih-rintih sendiri. Makin lama makin cepat dia bergerak dan mengabaikan teteknya yang pontang-panting. Tiba-tiba dia berhenti dan ambruk di dadaku. Dadaku tertekan dua bongkahan empuk teteknya. Kurasakan seluruh memeknya berkedut-kedut. Rupanya Sari menemukan orgasmenya. Sementara aku masih belum mencapainya.
Aku membalikkan posisi dan mulai memompa Sari dari atas . Gerakanku terus semakin cepat dan akhirnya aku pun sampai di penghujung batas kenikmatan.Aku melepas spermaku dengan menekan dalam-dalam penisku di dalam vaginanya.
Kami istirahat sebentar melepaskan kelelahan. Setelah itu mandi bersama di kamar mandi. Rasanya nikmat sekali memeluk Sari dari belakang sambil meremas-remas teteknya yang licin karena lumuran sabun.
Aku menyelipkan sejumlah uang yang sama seperti yang kuberikan kepada Adek.
Sejak saat itu di waktu-waktu berikutnya mereka berdua bergantian mengajakku ketemuan, alias minta duit alias ngembat. Aku terpaksa menjarangkan pertemuan, karena keuangan tidak mampu mendukung. Meskipun pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka tidak menuntut uang sebesar ketika kuperawani, tetapi kalau jaraknya terlalu rapat, berat juga membiyayainya. Mereka akhirnya terbuka satu sama lain bahwa sering main denganku. Keduanya akhirnya berkali-kali main bersamaku bersama-sama. Aku melawan kedua cewek itu. Kalau sudah petandingan yang tidak seimbang itu, aku selalu memintanya di hari libur. Sebab diperlukan waktu agak panjang untuk mengimbangi kekuatan mereka. Biasanya aku chekin jam 11 siang dan chek out jam 5 sore.
Sari dan Adek mungkin sudah kusetubuhi lebih dari 10 kali. Rasanya bosan juga. Oleh karena itu tidak setiap kali aku mau memenuhi permintaan mereka, selain masalah biaya juga masalah jenuh. Akhir akhir ini aku hanya menggauli mereka sekali dalam sebulan.
Di satu saat yang aku lupa harinya, sekitar jam 4 sore, aku dihubungi Adek, “ Kak ada yang mau kenalan nih,” katanya.
Dia memperkenalkan teman sebayanya, namanya Lia. Mereka tidak bertetangga tetapi satu kelas di kelas 3 SMP. Aku ngobrol sedikit dan buntutnya Lia ingin ketemu dengan ku. Permintaannya kupenuhi setelah aku mendapat konfirmasi dari Adek bahwa Lia juga “bisa diajak”.
Aku menjemput Adek yang sudah bersama Lia di Blok M di toko buku Gramedia. Setelah makan fast food di sekitar situ. Adek mempersilakan aku jalan berdua dengan Lia. Adek katanya mau tinggal di Blok M saja. Aku menyisipkan uang sekedarnya untuk ongkos taksi dan jajan Adek sebelum kami berpisah.
Lia lumayan manis, rambutnya pendek dan teteknya lumayan gede, meski tak sebesar Sari. Aku tidak pikir panjang dan basa basi lagi langsung mengarahkan mobil ke motel. Lia juga tidak memperlihatkan rasa takutnya kubawa masuk ke motel. Di dalam motel kukorek mengenai apa saja yang diceritakan Lia mengenai diriku. “Kakak orangnya baik, cakep, ya itu aja,” katanya.
“Masak sih cuma itu,” mencoba mengorek lebih jauh.
“Duitnya banyak,” tambah Lia malu-malu.
Lia kurebahkan ke tempat tidur dengan kaki masih menggantung di pinggir tempat tidur. Aku langsung menyerang dan menciumi seluruh wajahnya dan berakhir di mulutnya. Sambil menciumi mulutnya aku membetulkan posisi dia berbaring dengan mengangkat kedua kakinya ke atas tempat tidur. Lia kutindih dan terus kuserang dengan ciuman dilehernya. Dadanya aku remas-remas dari luar T shirtnya. Tanganku lalu masuk ke balik T Shirt dan mencari pengait BH dibelakang. Kuraba-raba tidak ketemu juga. Lia rupanya mengerti aku mencari pengait BH, dia membantu membuka kaitan BH yang ternyata ada di bagian depan. Teteknya lumayan keras dan putingnya kecil. Kusingkap kaus dan BHnya lalu aku menyerang kedua susunya dengan sedotan di kedua putingnya. Lia mengerang-ngerang mendapat serbuanku. Tanganku langsung beroperasi menyusup dari bawah roknya dan langsung menemukan gundukan memek dibungkus celana dalam. Celana dalamnya terasa agak longgar, maka kukuak saja dari samping dan jariku langsung menerobos masuk ke belahan memeknya. Belahan memeknya sudah basah. Aku korek-korek memeknya dan jari tengah ku lalu menekan-nekan itilnya. Lia menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan oleh jariku pada itilnya.
Aku semakin tidak sabar, sehingga rok dan celananya ku pelorotkan ke bawah sampai lepas dan kausnya aku lepas dari atas. Dia sudah bugil 100 persen dan aku juga membuka seluruh pakaianku sampai bugil juga. Aku menindih Lia sambil terus menghisap teteknya. Rasanya sudah mendesak sekali keinginanku, maka penis kuarahkan memasuki lubang vagina. Agak susah dan terut terpelest. Tapi akhirnya bisa juga mematuk dan sedikit terbenam.
Kedua tangan Lia menahan gerak maju pinggulku. “ Kak aku masih perawan, belum pernah beginian,” katanya.
“Boleh nggak aku teruskan, “ tanyaku yang nafsuku sudah diubun-ubun.
Lia diam saja, tidak juga menggeleng. Dia hanya menutup mata. Aku kembali melakukan gerakan pendek memaju mundurkan penisku yang agak terbenam sedikit. Aku memang merasakan rintangan di dalam vaginanya. Pertahanan kedua tangan Lia yang tadi memegangiku melemah, kini malah pindah posisi memeluk pantatku. Setiap kali aku berhenti pada batas portalnya dia menarik pantatku agar aku maju lebih jauh. Lia kelihatannya sudah terangsang berat. Ketika pada gerakanku yang pantatku ditariknya kuturuti sehingga aku menekan lebih keras untuk maju. Terasa ada yang jebol di dalam, dan Lia menjerit lalu air matanya keluar. “ Perih kak,” katanya.
Aku tentu mengerti, tetapi aku terus menekan perlahan sampai batas panjang penisku. Setelah sekujur penisku tenggelam, aku berhenti untuk istirahat sebentar. Lalu kembali menarik penisku pelan-pelan agak jauh dan mendorong lagi pelan. Gerakan itu dilakukan berulang-ulang dan makin lama tentunya makin cepat. Jepitan memek Lia lumayan ketat dan nikmat. Jembutnya adalah yang terlebat dibanding Adek dan Sari. Aku terus memompanya dan tidak mampu bertahan terlalu lama, aku merasa akan segera menyembur air mani dari dalam. Kutarik buru-buru penisku dari lubang kenikmatan lalu kulepaskan diatas perut Lia. Penisku juga terselaput sedikit darah perawan. Kami istirahat sejenak dan aku membersihkan penisku ke kamar mandi. Lalu berbaring di samping Lia.
Dalam keadaan penis yang masih loyo, aku minta Lia mengulumnya agar bisa menegang lagi. Lia menuruti tetapi minta diajari caranya. Aku mengajarkan cara-cara yang kusukai, termasuk menjilati kantong buah zakarku dan mengulumnya sekalian. Lia adalah pengoral yang berbakat. Kulumannya sangat nikmat sehingga aku lebih cepat bisa menegang lagi. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan aku segera menaikinya dan memasukkan penisku. Jalan masuk terasa lebih lancar, meskipun belum terasa ada pelebaran jalan. Aku menggenjotnya. Pada waktu penisku masuk, penisku masih belum sepenuhnya tegang. Di dalam perjalanan menggenjot ini penisku makin mengeras. Akibatnya aku mampu bertahan lama sekali sampai aku kelelahan. Aku membalikkan posisi dan Lia berada di atas Dia memang belum pernah dijamah laki-laki sehingga masih belum tahu apa yang harus dilakukan ketika berada diatas tubuhku. Aku mengajari cara-cara dia menggerakkan tubuh serta mengatur posisinya. Nafsunya yang tinggi ikut menuntun dirinya cepat menerima pelajaranku. Meski memeknya baru terluka, Lia berhasil mencapai orgasme ketika dia berada diatasku. Dia ambruk dan aku langsung meminta dia nungging. Aku memposisikan diri untuk menyodok memeknya dari belakang. Memeknya kelihatan merekah merah dari belakang. Pemandangan yang menggairahkan. Aku menyusupkan penisku di belahan memeknya dari belakang lalu menggeonjotnya ddengan menabrak-nabrakkan badanku ke pantatnya. Bongkahan pantatnya yang gemuk juga menambah kenikmatan dengan meremas-remasnya. Setiap kali kutabrak pantatnya, daging lemak di bongkahan pantatnya bergetar. Posisi ini kurang kurasa nikmat. Aku kembali ke posisi misionaris dan disitulah kukonsentrasikan sampai aku mencapai ejkaluasi. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya, takut hamil.
Permainan dua babak sangat menguras tenagaku. Aku mengakhiri permainan itu dan sebelum kami beranjak keluar kamar aku menyelipkan uang sejumlah yang kuberikan ke Adek dan juga ari ketika kuperawani. “ Kak banyak amat, duitnya, makasih ya,” katanya sambil menciumku.
Sejak Lia kuperawani aku hanya sempat mengulang 5 kali. Keuanganku makin tipis. Bahkan pernah aku sebulan penuh tidak meladeni permintaan mereka. Aku jenuh dan ingin menghemat uangku. Aku memang masih melakukan kontak seksual dengan Ade, Sari dan Lia, tetapi frekuensinya makin jarang.